Tekno  

Waspada! Ini Modus Penipuan WhatsApp Terbaru dan Cara Menghindari Kejahatan Siber

Penipuan melalui WhatsApp semakin marak dengan berbagai modus operandi yang terus berkembang. Para pelaku kejahatan siber memanfaatkan kelengahan pengguna untuk mencuri informasi pribadi dan membobol rekening finansial. Masyarakat perlu lebih waspada dan mengenali berbagai cara penipuan WhatsApp agar tidak menjadi korban.

Salah satu modus yang sedang marak adalah melalui undangan pernikahan palsu. Penipu mengirimkan tautan undangan pernikahan yang tampak resmi melalui WhatsApp, yang sebenarnya mengarah ke situs web palsu untuk mencuri data pribadi dan perbankan. Selain itu, ada juga modus transaksi QRIS ‘gaib’ di mana penipu melakukan transaksi tanpa sepengetahuan korban.

Selain modus-modus di atas, penipu juga sering memanfaatkan file APK berbahaya yang dikirim secara acak ke pengguna. File ini bertujuan untuk mengambil alih perangkat dan akun finansial korban. Oleh karena itu, penting untuk selalu berhati-hati terhadap pesan atau tautan mencurigakan yang diterima melalui WhatsApp.

Mengenal Ciri-Ciri Pesan Spam di WhatsApp
Mengenali ciri-ciri pesan spam WhatsApp adalah langkah pertama untuk melindungi diri dari ancaman keamanan dan privasi. Pesan dari nomor yang tidak dikenal seringkali menjadi indikasi spam. Waspadalah terhadap pesan dari nomor asing, terutama jika mereka mencoba menawarkan sesuatu atau meminta informasi pribadi.

Tawaran yang terlalu menggiurkan juga patut dicurigai. Jika sebuah pesan menawarkan hadiah, diskon, atau kesempatan yang terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, kemungkinan besar itu adalah spam. Berhati-hatilah dengan tawaran yang menjanjikan keuntungan besar dengan usaha minimal.

Pesan yang meminta informasi pribadi seperti nomor kartu kredit, kata sandi, atau data keuangan lainnya hampir selalu merupakan upaya penipuan. WhatsApp atau perusahaan resmi tidak akan pernah meminta informasi sensitif melalui pesan. Tautan mencurigakan, terutama yang disingkat atau terlihat aneh, bisa jadi mengarah ke situs phishing atau mengandung malware.

Modus Penipuan WhatsApp yang Perlu Diwaspadai
Penipuan online lewat aplikasi WhatsApp masih marak terjadi di Indonesia meski fitur keamanan platform digital terus diperbarui. Para pelaku kejahatan siber berevolusi dengan memanfaatkan file APK berbahaya yang dikirim secara acak ke pengguna, bertujuan untuk mengambil alih perangkat dan akun finansial korban.

Modus operandi yang kerap digunakan adalah mengirimkan file APK secara acak ke nomor-nomor WhatsApp potensial korban. Para pelaku berharap penerima akan mengklik, mengunduh, dan menginstal aplikasi berbahaya tersebut tanpa menyadari risikonya. Praktik ini mirip dengan teknik phishing yang umum ditemui melalui email.

Taktik pembobolan ini semakin mengkhawatirkan seiring meningkatnya ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap aplikasi WhatsApp untuk berbagai keperluan sehari-hari. Para penipu memanfaatkan kelengahan pengguna dengan harapan korban akan memberikan akses secara tidak sadar, yang kemudian dapat digunakan untuk mengambil alih perangkat atau membajak akun-akun finansial.

Cara Menghindari Penipuan WhatsApp
Terdapat beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari menjadi korban penipuan WhatsApp. Pertama, selalu waspada terhadap pesan dari nomor yang tidak dikenal, terutama jika pesan tersebut berisi tautan atau permintaan informasi pribadi.

Kedua, jangan mudah tergiur dengan tawaran yang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Selalu verifikasi kebenaran informasi sebelum memberikan data pribadi atau mengklik tautan yang mencurigakan.

Ketiga, aktifkan fitur keamanan ganda (two-factor authentication) pada akun WhatsApp Anda. Fitur ini akan memberikan lapisan perlindungan tambahan dengan meminta kode verifikasi setiap kali Anda login ke akun WhatsApp dari perangkat baru.

Keempat, selalu perbarui aplikasi WhatsApp ke versi terbaru. Pembaruan aplikasi biasanya menyertakan perbaikan keamanan yang dapat melindungi Anda dari ancaman terbaru.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email [email protected].(Sumber)