News  

Ketua Umum YASBI Jalih Pitoeng Bilang Tidak Boleh Lagi Ada Korupsi di Tanah Betawi

Penggagas, Pendiri sekaligus ketua umum YASBI (Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Seni Budaya Betawi) Jalih Pitoeng, memastikan bahwa “Mulai saat ini tak boleh lagi ada korupsi bagi para pegiat seni budaya Betawi” kata Jalih Pitoeng, Sabtu 21 Juni 2025.

Hal tersebut disampaikan oleh Jalih Pitoeng saat memimpin rapat tekhnis antara panitia dan para pegiat seni budaya Betawi sebagai pengisi acara pada agenda perdana YASBI “Diskusi Publik” yang bertema “Mendengar Jeritan Hati Pegiat Seni Budaya Betawi” yang rencananya akan diselenggarakan pada Senin, 30 Juni 2025 mendatang di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan di bilangan Jakarta Selatan.

Menurut Jalih Pitoeng, selain memperingati hari jadi kota Jakarta ke 498 tahun, ketua umum FORMASI (Forum Aliansi Masyarakat Anti Korupsi) yang telah membongkar kasus Korupsi ratusan miliar di dinas kebudayaan DKI Jakarta ini juga mengajak para seniman dan pegiat seni budaya Betawi sebagai monumen bersejarah sekaligus momentum kebangkitan pegiat dan pelaku seni budaya Betawi.

“Memasuki usia kota Jakarta yang ke 498 ini mari kita jadikan monumen bersejarah bagi kebangkitan para pegiat seni budaya Betawi,” ungkap Jalih Pitoeng dalam pernyataan kepada Radar Aktual (21/06/2025).

Dirinya sangat marah karena uang saudara-saudaranya para pelaku seni budaya dikorupsi oleh oknum pejabat yang tidak bermoral dan tak berbudaya.

“Kita tahu bahwa korupsi selain musuh negara, korupsi juga musuh kita bersama,” sambung nya menegaskan.

“Oleh karena itu saya marah betul ketika dana yang seharusnya digunakan untuk membiayai pembinaan bagi para pegiat seni budaya Betawi justru dikorupsi,” tegasnya.

Sementara menurutnya, bahwa para guru-guru silat, para pelatih kesenian masih sangat membutuhkan perhatian pemerintah dalam rangka menjaga, melestarikan dan mengembangkan seni budaya Betawi.

“Maka sering saya sampaikan dalam berbagai kesempatan dan artikel serta pemberitaan bahwa ‘Bulshit’ kita berbicara tentang pelestarian, pengembangan budaya Betawi, sementara korupsinya terjadi di dinas kebudayaan itu sendiri,” papa Jalih Pitoeng menegaskan.

Terlebih dalam memasuki era globalisasi dan digitalisasi dimana batas negara sudah diujung jari, Jalih Pitoeng berharap agar didalam mengisi Jakarta sebagai global city & City Culture, para pegiat seni budaya harus menjadi subjek bukan objek yang dijadikan dagangan para penjual seni dan kebudayaan berkedok pelestarian.

Dimana menurut Jalih Pitoeng, Mereka hanya ditampilkan, dibayar lalu dibiarkan. sementara ungkapan pelestarian hanya menjadi jargon-jargon dalam pidato politik oknum pejabat dan para politisi menjelang kontestasi diatas podium.

“Saya tidak ingin saudara-saudara saya hanya dijadikan tontonan dalam penampilan, lalu dibayar kemudian diabaikan,” pinta Jalih Pitoeng menandaskan.

“Karena mohon maaf mereka bukan ‘Topeng Monyet’. Mereka adalah pelaku sekaligus pemilik negeri ini bukan mainan para politisi,” tegas Jalih Pitoeng.

“Yang dimanfaatkan pada momen-momen kontestasi. Baik Pilkada, Pilpres maupun Pileg. Pelestarian dan pengembangan budaya Betawi hanya jadi jargon-jargon dalam pidato politik belaka,” kata Jalih Pitoeng mengingat.

“Jika ada profesor yang mau membantah pendapat saya, silahkan saja. Tapi fakta secara empirik sudah menjawabnya,” lanjutnya mengingatkan.

“Bahkan dugaan korupsi yang telah sekian lama di dinas Kebudayaan, baru kali ini terungkap. Ini menggambarkan bahwa kita tidur pulas dalam keadaan,” sambungnya.

Selain itu, Jalih Pitoeng yang merupakan salah satu aktivis dari tanah Betawi yang memiliki latar belakang ekonomi, keuangan dan perbankan ini melihat bahwa saat ini sudah waktunya para pegiat seni budaya bangkit dari tidur panjangnya.

“Sudah waktunya kalian bangkit dari tidur panjang selama ini,” celeteknya.

“Dikorupsi masih tidur pulas hanya karena diberikan seperod dua period. Sementara oknum pejabat kebudayaan merampok ratusan miliar rupiah dari uang kebudayaan yang telah dianggarkan,” pungkas Jalih Pitoeng.

“Maka mulai saat ini, tidak boleh lagi ada korupsi ditanah Betawi. Apalagi terhadap para pelaku seni budaya Betawi,” pinta Jalih Pitoeng tegas.

Selain itu juga dirinya berharap agar YASBI menjadi rumah perjuangan bagi para pegiat seni budaya Betawi. yang akan mengayomi, melindungi, mengadvokasi sekaligus memfasilitasi bagi kepentingan para pegiat seni budaya Betawi.

Senada dengan Jalih Pitoeng, Pewaris Silat Beksi Kong Haji Hasbullah, Panca Nur juga menyampaikan keinginannya agar para sanggar-sanggar, baik sanggar seni budaya maupun sanggar silat untuk bergabung bersama YASBI.

“Kite tahu pasti temen-temen sudah banyak dikecewakan oleh ormas-ormas, oknum-oknum tertentu dimasa lalu,” ungkap Panca.

“Atau mungkin masih ada yang beranggapan bahwa ‘ya pasti YASBI juga sama aja sama yang dulu-dulu’ kita cuman dimanfaatin doang,” kenang Panca.

“Tapi beda. YASBI ini adalah kita. Karena YASBI terlahir dari rahim yang berdarah-darah dari FORMASI dan kite tahu karakter serta rekam jejak perjuangan cing Jalih Pitoeng selama ini,” lanjut Panca memaparkan.

“Jadi YASBI ini punya kita. Oleh karena mari kita jaga rumah besar perjuangan para pegiat seni budaya Betawi” pinta Panca.