Tahun Baru Islam, yang menandai awal kalender Hijriah, selalu menjadi momen istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia.
Di Indonesia, negara dengan populasi Muslim terbesar, perayaan 1 Muharram 1447 Hijriah yang jatuh pada tahun 2025 nanti bukan hanya sekadar penanda pergantian tahun, melainkan juga sebuah kanvas yang menampilkan kekayaan tradisi dan kearifan lokal.
Dari Sabang sampai Merauke, berbagai daerah memiliki cara unik untuk menyambut hari suci ini, memadukan nilai-nilai agama dengan adat istiadat leluhur yang telah diwariskan turun-temurun.
Keunikan inilah yang menjadikan perayaan Tahun Baru Islam di Indonesia begitu istimewa dan selalu dinanti.
Mengapa Tahun Baru Islam Begitu Penting?
Bagi umat Muslim, 1 Muharram adalah awal dari sebuah babak baru, momen introspeksi, dan kesempatan untuk memperbarui niat.
Penentuan kalender Hijriah sendiri bermula dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah, sebuah titik balik penting dalam sejarah Islam.
Peristiwa ini tidak hanya mengubah lanskap peradaban Islam tetapi juga menjadi fondasi bagi perhitungan waktu yang relevan hingga hari ini. Oleh karena itu, peringatan 1 Muharram selalu diisi dengan semangat kebersamaan, doa, dan harapan akan keberkahan di tahun mendatang.
Ini adalah saat di mana umat Muslim merefleksikan perjalanan spiritual mereka, bersyukur atas nikmat yang diberikan, dan memohon petunjuk untuk masa depan.
Tradisi Unik di Berbagai Wilayah Indonesia
1. Kirab Malam 1 Suro di Jawa (Yogyakarta dan Surakarta)
Salah satu tradisi paling terkenal dan magis adalah Kirab Malam 1 Suro yang dirayakan di keraton-keraton Jawa, khususnya Yogyakarta dan Surakarta. Malam 1 Suro, atau malam 1 Muharram dalam penanggalan Islam Jawa, dianggap sebagai malam yang sakral.
Di Yogyakarta, misalnya, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar “Mubeng Beteng” atau mengelilingi benteng keraton dalam keheningan, tanpa berbicara sedikit pun (tapa bisu).
Arak-arakan pusaka keraton, termasuk kerbau bule Kyai Slamet, menjadi daya tarik utama. Masyarakat percaya bahwa melakukan tapa bisu ini akan membawa berkah dan menolak bala. Tradisi ini bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga sebuah pagelaran budaya yang sarat makna filosofis tentang keselarasan hidup dan keharmonisan antara manusia dengan alam.
2. Tabuik di Pariaman, Sumatera Barat
Bergerak ke Sumatera Barat, perayaan Tabuik di Pariaman adalah sebuah festival yang sangat meriah dan spektakuler.
Meskipun memiliki akar yang sama dengan perayaan Asyura 10 Muharram untuk mengenang syahidnya cucu Nabi Muhammad SAW, Imam Husain bin Ali, perayaan Tabuik di Pariaman telah berakulturasi dengan budaya lokal dan menjadi identitas kota tersebut.
Puncak acara adalah mengarak Tabuik, sebuah menara setinggi belasan meter yang terbuat dari kerangka kayu, bambu, dan kertas, yang kemudian dibuang ke laut sebagai simbol pembersihan dan pengorbanan. Tradisi ini menarik ribuan wisatawan setiap tahunnya dan menjadi daya tarik utama pariwisata Pariaman.
3. Grebeg Muharram di Trenggalek, Jawa Timur
Kabupaten Trenggalek di Jawa Timur juga memiliki tradisi unik berupa “Grebeg Muharram”. Tradisi ini biasanya melibatkan arak-arakan gunungan hasil bumi yang dihias sedemikian rupa, kemudian diperebutkan oleh masyarakat.
Grebeg Muharram adalah bentuk syukur atas karunia Allah SWT dan harapan agar panen di tahun mendatang melimpah ruah. Ini adalah perpaduan harmonis antara nilai-nilai keagamaan dan ekspresi kegembiraan masyarakat atas berkah yang telah diterima.
4. Pawai Obor di Berbagai Kota
Di banyak kota dan desa di Indonesia, terutama di malam menjelang 1 Muharram, tradisi pawai obor menjadi pemandangan yang umum. Anak-anak hingga dewasa beriringan membawa obor yang menyala, melantunkan shalawat dan takbir.
Pawai obor melambangkan cahaya keimanan dan semangat baru dalam menyambut tahun yang akan datang. Tradisi ini tidak hanya memupuk rasa kebersamaan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai keislaman sejak dini kepada generasi muda.
Perayaan Tahun Baru Islam 1447 Hijriah di Indonesia pada tahun 2025 akan kembali menjadi sebuah pergelaran budaya dan spiritual yang memukau.
Dari Kirab Malam 1 Suro yang hening hingga Tabuik yang meriah, setiap tradisi mencerminkan identitas unik suatu daerah sekaligus memperkuat ikatan kebersamaan umat Muslim.
Ini adalah momen untuk merefleksikan masa lalu, mensyukuri masa kini, dan menyongsong masa depan dengan optimisme. Keberagaman tradisi ini adalah permata budaya Indonesia yang harus terus dilestarikan dan dibanggakan, sebagai pengingat akan kekayaan spiritual dan kultural yang tiada tara.***