News  

Program Sekolah Rakyat Mulai Diuji Coba, Siswa Tak Boleh Bawa Gadget dan Pola Tidur Diatur

MASA PENGENALAN LINGKUNGAN SEKOLAH: Guru menyampaikan materi dan memperkenalkan diri kepada peserta didik baru saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) pada hari pertama masuk sekolah di SMPN 19, Jakarta Selatan, Senin (15/7). Hari pertama masuk sekolah tahun ajaran 2019/2020 setelah libur panjang kenaikan kelas dilaksanakan secara serentak di Indonesia pada hari ini. FOTO: MI/ BARY FATHAHILAH

Program Sekolah Rakyat mulai diuji coba di Jakarta dan Bekasi. Salah satunya adalah Sekolah Rakyat Sentra Handayani.

Sebanyak 75 siswa mengikuti simulasi Sekolah Rakyat rintisan di Sentra Handayani, Cipayung, Jakarta Timur.

Pada hari kedua uji coba, Kamis (10/7/2025), para siswa diajarkan pentingnya pola hidup sehat dan teratur sebagai bagian dari program pendidikan.

Regut Sutrasto, Kepala Sekolah Rakyat Sentra Handayani menjelaskan bahwa pihaknya mulai membiasakan siswa untuk tidur sesuai waktu yang telah ditentukan. Tujuannya, mengubah kebiasaan tidur larut malam yang mungkin dimiliki sebagian anak.

“Bagaimana mengubah pola anak yang biasanya jam 10 (malam) belum tidur, jam 11 (malam) belum tidur. Kita ajarkan jam 9 (malam) sudah tidur, anak-anak sudah harus istirahat,” kata Regut yang dikutip dari laman resmi Kemensos pada Kamis.

Dengan tidur lebih awal, para siswa diharapkan bisa bangun pagi untuk mengikuti salat subuh berjamaah di musala sekolah.

Selain itu, Regut mengungkapkan adanya aturan ketat terkait penggunaan ponsel atau gadget. Para siswa dilarang membawa gawai selama menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat Sentra Handayani. Langkah ini diambil untuk memastikan anak-anak tidak bergantung pada gawai.

“Enggak boleh (bawa ponsel). Sabtu-Minggu juga tidak boleh,” jelas Regut.

Ia menambahkan, jika orang tua ingin berkomunikasi dengan anak mereka atau sebaliknya, komunikasi dapat dilakukan melalui wali asuh.

Setiap wali asuh akan mendampingi 10 siswa dan bertanggung jawab mengawasi kegiatan keagamaan mereka.

Menurut Regut, para siswa sangat menikmati seluruh kegiatan yang dilakukan selama proses simulasi. Ia merasa bersyukur melihat antusiasme anak-anak.

“(Murid-murid) Pada senang, alhamdulilah. Dan itu jadi amunisi kita ya, para guru untuk terus semangat membimbing mereka,” ujarnya, menunjukkan semangat para pengajar.

Sebagai informasi, Sekolah Rakyat Sentra Handayani akan memiliki 12 guru pengajar, yang terdiri dari 6 laki-laki dan 6 perempuan.

Pada hari kedua simulasi, para murid mengawali kegiatan mereka dengan salat subuh berjamaah, dilanjutkan senam pagi dan sarapan.

Setelah itu, mereka diberi waktu untuk mandi dan bersiap mengikuti kegiatan selanjutnya, yaitu pengenalan lingkungan dan fasilitas sekolah.

Para siswa dibagi menjadi tiga kelompok, dengan setiap kelompok didampingi oleh dua guru untuk berkeliling mengamati dan memahami sarana serta prasarana yang ada di Sekolah Rakyat.

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan makan siang bersama di ruang makan. Usai menyantap makanan, para siswa dipersilakan untuk membereskan barang masing-masing dan pulang ke rumah, di mana orang tua mereka sudah menanti di depan gerbang sekolah.

Muhammad Haris, salah satu murid, mengaku sangat senang mengikuti proses simulasi selama 2 hari 1 malam yang dilaksanakan sejak Rabu (9/7/2025). Ia bahkan tidak sabar untuk segera bersekolah di Sekolah Rakyat Sentra Handayani.

“Senang banget. Enggak sabar mau sekolah di sini. Soalnya di sini enak, enggak stres karena banyak belajar sambil bermain,” ucapnya, menggambarkan pengalaman positif yang ia dapatkan selama simulasi. (Sumber)