News  

Satpol PP Sidak 4 Terduga Villa Khusus Gay di Bali

Vila di Bali Ini Disidak Oleh Satpol PP Akibat Disinyalir Menjadi Vila Khusus Gay

Hebohnya kabar villa diduga khusus untuk kaum gay di kawasan Kuta, Bali, membuat petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol) Kabupaten Badung, Bali, melakukan sidak dan memanggil para pemilik villa.

Kepala Satpol PP Kabupaten Badung I Gusti Agung Ketut Suryanegara menyampaikan, yang terindikasi ada 4 villa yang diduga memberikan pelayanan bagi para gay, dua di antaranya ada di Seminyak, Kuta, dan dua lagi di kawasan Kerobokan Kelod, Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali.

“Tadi kita sidak dua villa di Kerobokan dan (meminta keterangan) pada pemiliknya,” kata Suryanegara, saat dihubungi, Senin (13/1) sore.

Sementara, untuk dua villa di kawasan Seminyak, sudah Jumat (10/1) lalu disidak, dan hari ini dua villa di Kerobokan yang disidak. Hanya saja satu pemilik villa di kawasan Seminyak, belum bisa datang dan besok akan memberi keterangan.

Ia juga menyebutkan, dari tiga pemilik villa saat dimintai keterangan semuanya pada kaget, karena tidak tau menahu bahwa villanya dipromosikan sebagai villa tempat gay. Padahal, villa itu untuk umum.

“Iya (pemilik) seperti orang kaget, kok tiba-tiba villanya menjadi viral seperti itu. Padahal, mereka buka (villa) untuk umum. Artinya, tidak khusus berperilaku seperti itu, iya khusus untuk umum,” imbuhnya.

“Siapapun bisa menginap di sana sepanjang mereka bayar menuruti ketentuan dari villa tapi untuk perilaku di dalamnya, mereka (pemilik) tidak ikut campur,” jelas Suryanegara.

Ia juga menyampaikan, bahwa para pemilik villa tidak pernah mempromosikan untuk gay dan mereka mengaku tidak pernah buat website yang viral di media sosial itu.

“Iya sama-sama semua kaget, kok bisa dipromosikan seperti itu yang pasti mereka tidak ada yang mempromosikan seperti itu,” ujarnya.

Suryanegara juga menceritakan, bahwa viralnya promosi villa untuk gay itu malah direkomendasikan oleh para bule-bule yang pernah menginap di villa itu.

“Ada beberapa bule komen bahwa di sana vila yang paling bagus untuk kehidupan gay. Makanya, kami menyasar ke sana. (Tapi) bukan mereka (pemilik) yang merekomendasi, yang (pernah) nginap di sana,” jelasnya.

“Artinya, bukan pemilik yang membuat seperti itu. Tapi (bule) yang nginap-nginap di sana yang membuat rekomendasi ataupun komen bahwa di sana itu bagus untuk seperti itu,” sambung Suryanegara.

Suryanegara juga tidak mengetahui pasti, apakah yang membuat website untuk villa gay itu adalah para bule-bule yang pernah menginap di sana. Namun, yang jelas bule-bule itu merekomendasikan villa-villa tersebut.

“Kurang tau, kalau melihat mereka yang nginap itu yang berkomentar. Rata-rata bule kalau di sana (merekomendasi) tempat paling bagus,” ujarnya.

Suryanegara juga menyampaikan, bahwa pihaknya melakukan sidak seusai prosedur dan Standard Operating Procedure (SOP) dan terkait perizinannya.

“Iya kami melihat di internet, iya kami cari, yang penting sesuai pedoman dengan prosedur,” tegasnya.

“Imbauan kita, sesuaikanlah adat dan budaya. Di Bali tidak mengenal seperti itu. Promosi pariwisata kita adalah budaya dan alam tidak ada mengenal seperti itu. Tolong dijaga adat ketimuran kita,” ujar Suryanegara. {merdeka}