News  

Disubsidi Rp.665 Miliar Tapi Sepi, DPRD DKI Minta Operasional LRT Disetop

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Muhammad Taufik

Keberadaan light rail transit (LRT) Jakarta Velodrome-Kelapa Gading perlu dievaluasi. Sejak beroperasi pada awal Desember 2019 hingga kini transportasi massal lintas rel terpadu itu sepi penumpang.

Ini tidak sebanding dengan subsidi yang diberikan Pemprov DKI Jakarta untuk proyek ini, Rp665 miliar. Kemarin sore redaksi mencoba naik LRT sepanjang 5,8 kilometer itu dari Stasiun Velodrome Rawamanggun, Jakarta Timur, menuju Stasiun Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Meskipun di sana ada beberapa penumpang, tapi bisa dihitung jari. Begitu pula arah sebaliknya.

Jumlah penumpang yang naik tak jauh berbeda. Harga tiketnya Rp5.000 untuk sekali perjalanan. Suasana sepi terlihat di tiap gerbong kereta. Pemandangan ini berbeda jauh dengan transportasi mass rapid transit(MRT) yang selalu penuh sesak setiap saat.

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Muhammad Taufik meminta Pemprov DKI Jakarta menghentikan operasional LRT Jakarta sambil menunggu pembangunan lanjutan.

Menurut dia, dengan jarak hanya 5,8 kilometer dan berada di kawasan perumahan elite, subsidi LRT yang begitu besar sangat tidak tepat sasaran, bahkan tak berpengaruh terhadap kemacetan. ”LRT Jakarta itu proyek merugi,” ungkapnya.

Politisi Partai Gerindra itu berharap Pemprov DKI Jakarta segera melanjutkan pembangunan LRT Jakarta dan mengembangkan stasiun agar menjadi daya tarik penumpang, termasuk dengan integrasi angkutan umum lain.

”Jadikan wahana bermain saja itu LRT, sambil tunggu kelanjutan pembangunannya sehingga tidak membebankan uang rakyat,” katanya.

Direktur Utama PT LRT Jakarta Wijanarko mengakui terjadi penurunan penumpang setelah ditetapkan tarif komersial. Sayangnya dia belum bisa menyebutkan penurunan jumlah penumpang tersebut. ”Penumpang masih kami hitung,” kata Wijanarko.

Dia menjelaskan, pihaknya telah melakukan kerja sama pembangunan park and ride dengan Mal Kelapa Gading (MKG) untuk menyediakan tempat parkir.

Dengan begitu kendaraan pribadi yang ingin menggunakan LRT bisa menitipkan kendaraannya di mal. Begitu pun sebaliknya. ”Tarifnya flat, Rp5.000 perhari,” ujarnya.

”Ini merupakan salah satu upaya kami dalam meningkatkan fasilitas dan kenyamanan warga dalam mengakses transportasi publik.”

Manager Humas LRT Jakarta Melisa Suciati mengklaim jumlah penumpang rata-rata mencapai 4.000 per hari selama Januari 2020. Bahkan pada 18 Januari mencapai 4.628 penumpang.

Kenaikan jumlah itu kemungkinan dampak dari beberapa kegiatan yang ber langsung di sekitar stasiun LRT Jakarta, khususnya di Summarecon Mall Kelapa Gading.

Berdasarkan catatan PT LRT Jakarta, sejak resmi beroperasi 1 hingga 17 Desember 2019, jumlah penumpang tercatat 74.184 orang. Dengan rincian pekan pertama 31.433 orang, pekan kedua 29.673 orang dan pekan ketiga mencapai 13.081 orang.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo sebelumnya mengatakan, berdasarkan evaluasi sementara, penurunan penumpang LRT disebabkan oleh trase yang baru sekitar 5,8 kilometer dan coverage area juga terbatas.

Akibatnya, masyarakat lebih memilih moda transportasi lain dalam bertransportasi. Salah satu upaya untuk mengatasinya yakni melakukan integrasi secara masif dengan sistem bus Transjakarta yang saat ini sudah terjadi di Jalan Pemuda.

Kedepan, pihaknya akan membangun fase II dari Kelapa Gading hingga Jakarta International Stadium (JIS). ”Kita harapkan dengan bertambahnya panjang jangkauan area layanannya menjadi lebih luas sehingga meningkatkan ridership,” katanya. {sindonews}