Perdana Menteri (PM) Timor Leste Taur Matan Ruak mengundurkan diri usai koalisi politik yang mendukungnya runtuh, Selasa 25 Februari 2020. Beralasan telah terjadinya “kebuntuan politik,” Taur menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada Presiden Francisco Guterres.
“Saya telah bertemu Presiden, dan saya mengajukan pengunduran diri dari posisi PM,” ucap Taur kepada awak media di Dili, seperti dilansir dari laman AFP. Ia masih akan menjabat posisi PM hingga permohonannya diterima Guterres.
Taur dilantik sebagai PM Timor Leste pada Juni 2018 usai terjadinya krisis politik yang melumpuhkan negara kecil dengan total populasi 1,3 juta warga tersebut.
Pengunduran diri ini merupakan kali kedua yang terjadi dalam kurun waktu kurang dari satu tahun di Timor Leste.
Dalam beberapa pekan terakhir, koalisi Aliansi Mayoritas untuk Kemajuan yang dipimpin Taur diguncang krisis politik. Krisis terjadi usai koalisi tersebut gagal meloloskan anggaran nasional bulan lalu meski merupakan mayoritas di parlemen.
Partai CNRT di bawah pimpinan Xanana Gusmao dikabarkan abstain dalam pemungutan suara terkait anggaran nasional. Taur pun kemudian mengakhiri aliansinya dengan CNRT.
Kegagalan meloloskan anggaran belanja negara memicu masalah finansial signifikan di Timor Leste. Saat ini, Timor Leste hanya bisa bertahan dengan mengandalkan anggaran dari tahun sebelumnya.
Lahir dengan nama Jose Maria Vasconcelos namun lebih dikenal dengan julukan Taur Matan Ruak — atau “dua mata tajam” — Taur merupakan seorang komandan kelompok pejuang Timor Leste.
Ia pernah menjabat peran seremonial sebagai presiden antara tahun 2012 dan 2017. [medcom]