News  

Telor Mata Sapi

Aktivis Balai Kota-cum-Kesayangan Gubernur Foke (Fauzi Bowo, red) masa lalu, Mr Sugiyanto alias SGY berteriak, “Dampak Covid-19 dahsyat. Rakyat menderita & kelaparan. Dimana nuranimu melihat fakta ini”.

Lockdown lama. Pro Trump gerah. Aksi demonstrasi Anti-Lockdown pecah. Founder Tesla Motors Elon Musk nge-twit; “FREE AMERICA NOW. Give people their freedom back!”

Pengusaha pusing. Ga ada income. Tetap harus bayar buruh. Kasih THR. Sektor informal nyaris mati. Hidup dari donasi.

Pro Lockdown Indonesia tidak mikir ekonomi. The driving force di balik pressure adalah political beliefs dan hatred towards Presiden Jokowi.

Tukang AC Slamet tewas. Comorbid Gagal Ginjal. Positif Covid-19. Satu kampung di Distrik Pasar Ikan di-rapid test. Hasilnya negatif. Aneh banget.

PSBB tidak stop sektor informal cari nafkah. Bantuan sembako 150 ribu ngga bakal cukup. Nikmati Teh dicelup ke minyak setiap sore di atas beton turap. Memandang lautan kotor. Tanpa makna. Kosong. Menanti waktu mati.

PSBB diperpanjang. Evaluasi buram. Nggak tahu sumber utama cluster. Ngambang. Konpres sebanyak mungkin. Satpol PP main kayu. Toko tutup paksa. Semakin marak keluhan pengusaha middle class. Tak terdengar. Seolah sunyi. Menanti ledakan pasca Covid-19 selesai dibenahi Pemerintah Pusat.

Ekonomi makin parah. Cash menipis. Gubernur Anies Baswedan mengeluarkan inovasi KSBB, akronim dari “Kolaborasi Sosial Berskala Besar”.

Canggih..!! Briliant. Cadaz. Redaksional tata kata yang apik. Elegan. Cantik.
KSBB artinya Pemda jadi middleman. Minta pengusaha beri bantuan dan liquid cash buat THR. Ditampung, di-broker-in dan disalurkan oleh Pemda.

Program “Telor Mata Sapi”. Ayam yang bertelur tapi sapi yang dapat nama. Demi solidaritas sosial sebaiknya Kaum “The Haves” turun tangan. Begitulah kehidupan di zona tanpa pemimpin. Segalanya berputar autopilot. Peras satu segmen. Pake tangan “populisme”. Di atas political stage. Yang penting mereka ngga tau.

Zeng Wei Jian [sumber]