News  

70 Persen Bisnisnya Rontok Dihantam Corona, Blue Bird Ingin Tetap Survive

Direktur Utama PT Blue Bird Tbk Noni Purnomo buka-bukaan mengenai kondisi perusahaan saat pandemi covid-19 menghantam bisnis transportasi. Ia mengaku, angin segar di awal tahun tiba-tiba sirna ketika pandemi Covid-19 terjadi.

“Februari Alhamdulillah Blue Bird revenue-nya lebih baik dibandingkan tahun lalu. Tetapi ternyata pada bulan Maret langsung turun 50%, bulan April langsung turun 70%. Jadi kita memang menghadapi suatu krisis yang real,” ujarnya dalam acara Stadium Generale, Selasa (16/6/20).

Kini, skenario new normal jadi harapan baru. Kendati begitu dia mengaku kenormalan baru ini masih belum begitu jelas akan seperti apa.

“Kita semua masih meraba-raba karena ground-nya juga masih keep moving. Pemerintah juga setiap hari melakukan suatu perubahan yang baru, peraturan baru, supaya kuta selalu bisa beradaptasi,” katanya.

Dia menegaskan, Blue Bird tetap berupaya survive di tengah ketidakpastian tersebut. Noni bilang, beban yang ditanggung perusahaan cukup besar jika kondisi ini terjadi terus-menerus.

“Kenapa kita hrs tetap survive? Karena kita punya tanggungan banyak sekali, 40.000 pengemudi dan karyawan yang bernaung, dan juga pelanggan kita yang setiap hari meskipun selama PSBB harus tetap melakukan perjalanannya seperti paramedis dan sebagainya. Itu kita harus tetap bisa melayani meskipun jumlah armada kita jauh berkurang,” bebernya.

Dia menjelaskan, selain menerapkan manajemen krisis dalam operasional perusahaan, pihaknya juga mempersiapkan keberlanjutan bisnis. Dia tidak ingin, kelak jika pandemi berakhir, Blue Bird kehabisan napas dan justru tak mampu bersaing.

“Jadi yang paling penting buat kita, bagaimana caranya kita me-manage crisis yang ada sekarang. Dan juga sekaligus pada saat yang sama preparing for the future.”

“Karena jangan sampai begitu pandemi selesai, kita tidak bisa meneruskan lagi karena semua energi kita sudah habis hanya untuk recovery,” imbuhnya.

Dalam hal ini, dia juga mempelajari perubahan perilaku pelanggan. Meminimalisir sentuhan dalam layanan akan jadi kewajiban di masa depan.

“Kita sedang mengembangkan payment itu mengarah kepada cashless. Meskipun masih banyak pelanggan yang cash, tapi kita langsung folus pindahkan sebanyak mungkin ke cashless, baik itu dengan cara QRIS, menginstal banyak EDC sehingga kalau punya app dan tidak punya QRIS masih bisa pakai credit card,” katanya. {CNBC}