Demokrat: Jokowi Sedang Galau, Perasaannya Bertepuk Sebelah Tangan

Deputi Balitbang DPP Partai Demokrat, Syahrial Nasution menyoroti pidato Presiden Joko Widodo yang disampaikan dalam rapat terbatas pada Selasa (7/7/2020). Pidato Jokowi diposting dalam channel Youtube Sekretariat Presiden pada Rabu (8/7/2020).

Syahrial menilai pidato itu menggambarkan isi hati Presiden Jokowi. Kata dia, Jokowi terlihat ‘galau’ karena kinerja menteri-menterinya lambat.

“Jokowi sedang galau. Perasaannya bertepuk sebelah tangan. Presiden ngeri, karena menterinya slow-slow saja. Dia minta ganti chanel, supaya bisa ngebut jalankan kebijakan. Seperti ABG yang mau putus cinta,” kicau Syahrial lewat akun Twitter @syahrial_nst, Kamis (9/7/2020).

Dalam postingannya, Syahrial menautkan video pidato Jokowi dalam ratas tersebut. Jokowi dalam kesempatan itu mengatakan bahwa situasi maupun perkembangan yang terjadi kini cukup mengerikan. Kata dia, seluruh negara termasuk Indonesia diterpa krisis kesehatan dan krisis ekonomi.

Atas dasar itu, Jokowi meminta anak buahnya memiliki perasaan yang sama dalam menghadapi krisis.

“Saya minta kita memiliki sense yang sama, sense of crisis yang sama. Jangan sampai tiga bulan yang lalu kita menyampaikan bekerja dari rumah, work from home, yang saya lihat ini kayak cuti malahan. Padahal pada kondisi krisis, kita harusnya bekerja lebih keras lagi,” kata Jokowi.

Jokowi ingin jajarannya tidak bekerja biasa-biasa saja. Dia ingin menteri-menterinya kerja lebih keras dan cepat.

“Itu yang saya inginkan pada saat kondisi seperti ini. Membuat permen yang biasanya dua minggu yang sehari selesai. Buat PP yang biasanya sebulan ya dua hari selesai. itu loh yang saya inginkan,” tuturnya.

Berikut pernyataan lengkap Jokowi yang disampaikan dalam ratas pada 7 Juli 2020,

Pada siang hari ini yang kita undang ke Istana adalah kementerian-kementerian dan lembaga yang memiliki anggaran besar. Kenapa kita undang?

Karena kita ingin ada percepatan penyerapan anggaran. Kita tahu semuanya, bahwa dunia sedang krisis. Krisis kesehatan, krisis ekonomi, 215 negara mengalami hal yang sama. Termasuk kita.

Oleh sebab itu, saya minta kita memiliki sense yang sama. Sense of crisis yang sama. Jangan sampai 3 bulan yang lalu kita menyampaikan bekerja dari rumah, work from home. Yang saya lihat ini kayak cuti malahan. Padahal pada kondisi krisis kita harusnya kerja lebih keras lagi.

Jangan kerja biasa-biasa saja. Kerja lebih keras, dan kerja lebih cepat. Itu yang saya inginkan pada saat kondisi seperti ini. Membuat permen yang biasanya dua minggu yang sehari selesai. Buat PP yang biasanya sebulan ya dua hari selesai. itu loh yang saya inginkan.

Kita harus ganti channel. Dari ordinary, pindah channel ke extraordinary. Dari cara-cara yang sebelumnya rumit, ganti channel ke cara-cara yang cepat dan cepat dan cara-cara yang sederhana.

Dari cara yang SOP normal, kita harus ganti channel ke SOP yang shortcut. SOP yang smart-shortcut. Gimana caranya? Bapak ibu dan saudara-saudara lebih tahu dari saya menyelesaikan ini. Kembali lagi jangan biasa-biasa saja.

Karena saya merasakan ini mengerikan loh. Bukan hal yang biasa, ini mengerikan. Kepala negara yang saya telpon, hampir semua saya telpon mengatakan hal yang sama. Dari waktu ke waktu prediksi ekonomi dunia juga tidak semakin baik, semakin buruk.

Dulu ngomong dunia, global ekonomi growth-nya akan minus 2,5 persen. Ganti lagi ke minus 5 persen. terakhir, OECD bahkan -6 sampai -7,6 persen, coba. Berubah terus. Lha kalau kita tidak ngeri dan menganggap ini biasa-biasa saja, waduh. Bahaya banget

Belanja juga biasa-biasa saja. Spending kita biasa-biasa saja. Nggak ada percepatan. Hati-hati, perlu saya sampaikan di kuartal pertama, pertumbuhan kita 2,97 persen.

Dari yang biasanya 5. Meskipun angka yang kuartal kedua belum keluar tapi kelihatan sekali ada penurunan demand, ada penurunan supply, ada penurunan produksi. Terganggu dan rusak semuanya. Dari demand, supply, production semuanya terganggu dan rusak.

Ini kita juga harus paham dan sadar mengenai ini. Karena apa? Ya mobilitasnya kita batasi. Mobilitas dibatasi, pariwisata anjlok. Mobilitas dibatasi, hotel dan restoran langsung anjlok terganggu.

Mal ditutup, lifestyle anjlok, terganggu. terus, dalam situasi seperti ini siapa yang bisa menggerakkan ekonomi? Nggak ada yang lain kecuali belanja pemerintah.

Belanja pemerintah. Oleh sebab itu, pada kesempatan yang baik ini saya minta semuanya dipercepat. Terutama yang anggarannya gedhe-gedhe.

Ini Kemendikbud ada Rp 70,7 triliun. Kemensos Rp 104,4 T. Kemenhan Rp 117,9 T. Polri Rp 92,6 T. Kemenhub Rp 32,7 T.

Saya minta di kementerian dan juga di kepolisian ini dipercepat semuanya. Belanjanya. Jadi yang saya hadirkan di sini, yang saya undang adalah yang gede gede tadi.

Oleh sebab itu, tadi di depan saya sudah minta, kita harus memiliki sense of crisis yang sama. Regulasi sederhanakan, SOP sederhanakan. Sesuai dengan keadaan krisis yang kita hadapi.

Semua negara sekarang ini mengalami itu. kerjanya cepet2an. Ini kita berkejar-kejaran dengan yang namanya waktu. jadi sekali lagi ganti channel dari channel normal ke channel krisis.

Kalau nggak, ngeri saya terus terang saya ngeri. Di kuartal III ini. Ini kuncinya di kuartal III. Saya melihat memang setelah kita rapat kabinet di sini ada pergerakan yang lumayan. Tapi belum sesuai dengan yang saya harapkan. Sudah bergerak lebih baik, sudah bergerak lebih bagus, tapi belum.

Oleh sebab itu, bapak ibu dan saudara saya kumpulkan untuk mengungkit ini. Dan saya titip, beli produk dalam negeri.

Misalnya di Kemenhan, bisa saja beli di DI, beli di Pindad, beli di PAL, yang bayar di sini ya yang cash cash cash APBN. Beli produk dalam negeri, saya kira pak Menhan juga lebih tahu mengenai ini.

Kepolisian juga sama. Saya kira belanja-belanja yang dulu belanja ke luar, rem dulu. Beli belanja yang produk-produk kita agar apa, ekonomi kena trigger bisa memacu growth kita, pertumbuhan kita.

Sekali lagi, percepat belanja. Belanjanya produk dalam negeri. Termasuk sekarang obat-obatan. kalau perlu stok nggapapa. Tapo stok obat dalam negeri.

PCR juga dalam negeri. Kita sekarang sudah bisa buat PCR. Rapid test beli dalam negeri. karena kita bisa membuat semuanya. Jangan ada lagi beli yang dari luar. Apalagi hanya masker, buanyak kita produksinya. APD, 17 juta produksi kita. Per bulan. Padahal kita pakainya hanya 4-5 juta.

hal-hal seperti ini saya mohon bapak ibu menteri, pak sekjen, pak dirjen, tahu semuanya. Masalah dan problem yang kita hadapi.

Kembali lagi jangan sampai menganggap kita ini masih pada situasi biasa-biasa saja. Karena saya melihat stimulus ekonomi ini belum.. (diam lama). Bansos sudah lumayan. Kesehatan, masih perlu dipercepat. Stimulus ekonomi baik untuk yang UMKM maupun yang tengah dan gede.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan. Dan apa yang saya sampaikan tadi agar secepatnya bisa dilaksanakan, diimplementasikan sehingga saya sekarang melihat belanja kementerian itu harian.

Naiknya berapa persen, naiknya, harian saya lihat betul sekarang. Karena memang kuncinya di kuartal III ini. Begitu kuartal III bisa mengungkit ke plus, ya sudah, kuartal IV lebih mudah. Tahun depan insya Allah juga akan lebih mudah. {akurat}