News  

Butet Kertaredjasa Sedih dan Kecewa Ada Menteri Jokowi Keliru Memaknai Seniman

Menkopolhukam Mahfud MD menggelar pertemuan dengan para seniman Yogyakarta di Resto Bu Ageng, Sabtu (29/8) malam. Dalam pertemuan itu, sejumlah seniman memberikan masukan kepada Mahfud MD.

Salah satunya adalah budayawan Yogyakarta, Butet Kertaradjasa. Butet menyampaikan kekecewaannya terhadap seorang menteri terkait penyaluran bantuan untuk seniman kepada Mahfud MD.

Butet menuturkan, jika menteri yang dikritiknya ini tak memahami pekerjaan seniman. Menteri itu disebut Butet hanya memahami jika seniman adalah orang-orang populer yang kerap muncul di layar kaca.

“Saya agak sedih ketika seorang menteri memaknai seniman hanyalah orang-orang populer yang wajahnya sering muncul di televisi. Saya bilang kepada dia.”

“Para perupa, orang-orang sastra itu orang-orang yang tidak mengharuskan dan diharuskan wajahnya dikenal publik melalui televisi. Padahal nama-nama dia nama-nama kelas internasional,” ujar Butet.

Butet menerangkan, dirinya sempat berdiskusi dengan sang menteri usai dipanggil ke Istana Negara untuk bertemu dengan Presiden Jokowi. Dalam diskusi itu, Butet sempat menanyakan masalah bantuan sosial bagi para seniman terkait dampak pandemi virus Corona.

Kemudian menteri itu menjawab jika kementeriannya telah mendata lebih dari 40 ribu nama seniman. Nantinya nama-nama itu akan mendapatkan bantuan sosial. Penyaluran bantuan sosial itu akan dilakukan oleh Kementerian Sosial.

Saat itu, Butet mengaku sempat menyampaikan kritikannya terhadap pola penyaluran bantuan sosial bagi seniman kepada menteri tersebut. Masukan dan usulan pun juga sempat dilontarkan Butet pada sang menteri.

“Saya bilang, Bung itu bukan masalah orang yang berprofesi seniman menerima bantuan sosial. Ini masalah sebuah profesi yang membutuhkan kebanggaan.”

“Anda mestinya bisa menggunakan dana sosial yang sejenis dana untuk para penganggur kepada seniman dikemas sebagai kehadiran negara menghargai karya-karya seni,” tegas Butet.

Butet pun menyarankan dibandingkan membagikan bantuan sosial, anggaran bantuan itu lebih baik dipakai untuk membeli karya-karya seniman. Butet menerangkan cara itu lebih elegan dan menjadi bukti negara memberikan pengakuannya kepada karya-karya para seniman.

“Karya itu dibeli. Dibeli oleh negara melalui duit bantuan sosial itu. Jumlahnya mungkin sama itu tidak mengganggu anggaran. Tetapi bagi seniman itu kan semacam kehadiran negara. Pengakuan negara kepada karya seni mereka,” tegas Butet.

“Penyair-penyair itu juga bisa. Mereka didorong untuk bikin puisi-puisi. Dibayar oleh negara. Nilainya sama dengan bantuan sosial yang akan anda berikan. Itu bagi seniman lebih punya makna. Daripada anda membagi-bagi seakan-akan ini para penganggur yang perlu ditolong,” imbuh Butet.

Butet menjabarkan jika sang menteri pun bertanya untuk apa karya-karya itu semisal dibeli negara.

Butet pun melontarkan jawaban jika karya-karya seniman seperti lukisan atau patung bisa dijadikan interior bagi gedung-gedung di pemerintahan. Termasuk gedung-gedung pemerintahan yang akan dibangun di ibukota baru.

Butet menambahkan, usai memberikan masukan, sang menteri pun kemudian memberikan jawaban. Butet menilai jawaban dari menteri itu hanya standar sesuai birokrasi.

“Saya agak marah waktu itu habis dari istana itu. Makanya saya mengadu ke Pak Mahfud. Kan beliaunya ini Menko. Luwih dhuwur derajat e (lebih tinggi derajatnya daripada menteri). Monggo nanti gimana,” tutur Butet. {merdeka}