Ditawari BWF Jadi Tuan Rumah Tiga Kejuaraan Sekaligus, Siapkah Indonesia?

Indonesia berpeluang untuk menjadi tuan rumah tiga kejuaraan bulutangkis sekaligus. Seberapa siap PBSI untuk itu?

BWF merilis agenda resmi turnamen bulutangkis hingga akhir tahun. Dari enam kejuaraan, tiga di antaranya Piala Thomas dan Uber, Danisa Denmark Open I dan Denmark Open II yang diputuskan bergulir di Aarhus dan Odense, Denmark, pada Oktober.

Sementara tiga kejuaraan lainnya masih mencari tuan rumah. Yakni, Asia Open 1, Asia Open II, dan BWF World Tour Final yang direncanakan berlangsung November.

Indonesia disebut menjadi salah satu kandidat yang ditawarkan BWF menjadi tuan rumah. Terlebih, ajang itu bersamaan dengan rencana PBSI menggelar Indonesia Open pada 17-22 November. Indonesia Open tidak masuk dalam jadwal baru yang diumumkan BWF.

Sekretaris Jenderal PBSI, Achmad Budiharto, mengatakan belum bisa memutuskan tawaran tersebut. Apalagi melihat tantangan yang berlipat ganda andai ajang itu benar-benar bergulir di Jakarta.

“Bukan masalah anggaran malah yang penting. Clearance dari pemerintahnya seperti apa? Terutama kalau di Jakarta harus izin dari gubernur,” kata Budiharto kepada detikSport, Minggu (30/8/2020).

“Kalau Kemenpora inginnya segera ada event. Tapi yang punya tuan rumah gubernur, kemudian pembatasan sosial berskala besarnya bagaimana. Itu kan berperan, makanya kami belum bisa jawab dari clearance-nya dari mereka-mereka ini,” tambahnya.

Tak hanya soal administrasi, venue dan sponsor menjadi faktor lain yang perlu disiapkan secara matang. “Kami belum tahu apakah available atau tidak, sponsor juga ada tidak? Duitnya kan besar,” terang ia.

Budiharto tak menafikan menyelenggarakan tiga event sekaligus cukup menguntungkan bagi atlet. Tapi tidak secara pelaksanaan. Apalagi nyaris 80 persen penyelenggaraan tanpa penonton.

Selama ini, penyelenggaraan bulutangkis di Indonesia, khususnya Jakarta, selalu sukses besar dalam meraup penonton dalam jumlah banyak.

“Penonton sepertinya akan seperti home tournament. Makanya banyak faktornya, seperti pemerintah tuan rumah, maupun pemerintah calon peserta,” ujar dia. {detik}