Partai Amien Rais Lolos KPU dan Kemenkumham, Kader PAN Bakal Eksodus Besar-Besaran

Pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais kelihatannya serius menggarap lahirnya partai baru. Jika benar partai baru ini dideklarasikan, bakal terjadi jebol desa di PAN.

Prediksi itu diungkapkan Direktur Eksekutif Lembaga Survei Median, Rico Marbun kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

“Jika partai ini lolos di Menkumham dan KPU sangat mungkin akan terjadi eksodus kader atau jebol desa dari PAN. Pak Amien bisa menjadi magnet baru,” ungkap Rico.

Kalau pun terjadi, bisa saja partai baru yang dibangun oleh Amien Rais dan para loyalis PAN akan mengubur partai yang saat ini dikomandoi oleh Zulkifli Hasan.

Rico pun mencontohkan ketika PDI pecah. Lalu, Megawati mendirikan partai baru yang diberi nama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Hasilnya, PDIP yang mengukur PDI. Juga Partai Nasdem dan Partai Gerindra yang membuat suara Partai Golkar mengecil. Bahkan, sejak reformasi Partai Golkar tidak bisa melampaui suara seperti di zaman Orde Baru.

“Artinya, sedikit atau banyak pasti ada pengaruhnya jika Pak Amien benar mendirikan partai baru,” katanya.

Dalam sejarahnya, sambung Rico, kalau partai baru tumbuh dari rumpun yang sama itu pasti ada pengaruh dan mengurangi suara dari induknya.

Tantangan yang saat ini dihadapi oleh Amien Rais adalah keseriusan untuk mendeklarasikan partainya. Syukur-syukur bisa membuktikan dengan lolos di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) sebagai partai politik yang diakui oleh pemerintah dan lolos di KPU.

“Pak Amien Rais harus buktikan lolos regulasi yang sangat berat,” jelasnya. Sebelumnya, Amien Rais mengungkapkan dirinya akan mendirikan sebuah partai politik baru yang memiliki asas Islam Rahmatan Lil’alamin.

“Islam melarang diskriminasi atas dasar apa pun,” ujar Amien. Sedangkan partai tersebut akan memiliki semboyan, “Lawan kezaliman, tegakkan keadilan”.

Lewat semboyan itu, dia ingin agar lapisan masyarakat dhuafa dan mustadh’afin merasakan masa depan yang cerah, adil dan egaliter. “Lebih etis, pendek kata lebih baik dari situasi, kondisi kita sekarang ini,” ujar mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu. {rmco}