Buntut Batalnya Piala Thomas-Uber, Bulutangkis Eropa-Asia Menegang?

Penundaan Piala Thomas dan Uber 2020 oleh BWF semakin berbuntut panjang karena menuai pro kontra dari negara di Eropa dan Asia.

Turnamen bulutangkis beregu paling bergengsi di dunia, Piala Thomas dan Uber 2020 akhirnya resmi ditunda. Keputusan ini diambil oleh BWF setelah Tarik-ulur yang berkepanjangan.

Turnamen Piala Thomas-Uber 2020 sedianya digelar pada 16-24 Mei di Aarhus, Denmark. Namun, terpaksa harus dijadwal ulang pada 15-23 Agustus karena pandemic COVID-19.

Ternyata, pandemi masih belum terkendali dan turnamen kembali diundur ke 3-11 Oktober. Menjelang September, para negara peserta pun optimistis turnamen bisa dilangsungkan dengan lancar meski dalam pengawasan ketat.

Bahkan, PBSI sampai menggelar simulasi Piala Thomas-Uber 2020. Namun, kabar mengejutkan datang dari Australia. Timnas bulutangkis negeri kangguru memutuskan mundur dari turnamen pada 9 September dengan alas an keamanan karena pandemic COVID-19.

Ternyata, mundurnya Australia ini juga diikuti oleh Chinese Taipei, Thailand, dan Korea Selatan. Turnamen piala Thomas edisi ke-31 dan Uber edisi ke-28 tahun ini pun terancam.

Meski begitu, BWF dan Federasi Bulutangkis Denmark (DBF), masih berusaha untuk menghidupkan semangat turnamen dengan mencari negara pengganti. Hongkong dan Singapura sempat diajak untuk berpartisipasi walau akhirnya ditolak.

Mundurnya Indonesia Pukulan Telak

Tak lama setelah kelima negara itu mundur, kabar lebih mengejutkan datang dari raksasa bulutangkis Asia dan dunia, Indonesia. Timnas bulutangkis Indonesia selaku salah satu unggulan juga menyatakan mundur.

Pada Jumat (11/09/20) lalu, tim bulutangkis Indonesia lewat PBSI diketahui telah resmi mengumumkan kalau mereka memutuskan untuk menarik diri dari kompetisi Piala Thomas – Uber 2020 dengan alasan masih mengutamakan kesehatan.

PBSI mengatakan bahwa para atlet dan ofisial ragu untuk ambil bagian karena tidak ada jaminan dari BWF apabila ada anggota tim yang terjangkit virus corona.

Keputusan Indonesia pun menjadi pukulan telak bagi pihak Denmark maupun BWF. Apalagi, sampai menjelang pendaftaran akhir 18 September, belum ada tanda-tanda dari China maupun Jepang.

Akhirnya, pada Selasa (15/09/20), BWF resmi menunda pergelaran Piala Thomas dan Uber 2020. Keputusan tersebut diambil setelah sejumlah tim peserta manarik diri dari TOTAL BWF Thomas dan Uber Cup Finals dan putaran Eropa dari HSBC BWF World Tour,” tulis pernyataan BWF.

Eropa dan Asia Menegang?

Meski disambut baik oleh Indonesia dan sejumlah negara lainnya, namun penundaan ini mengundang kritikan dan sinisme dari pihak sebagian pihak di Denmark. Media setempat menyebut pemain Asia egois karena mementingkan diri sendiri.

Anggapan ini lebih tepatnya datang dari salah satu legenda bulutangkis setempat, Jim Laugesen.

Dari banyaknya kritikan yang dilancarkan Jim Laugesen, salah satunya ia menyebut bahwa seharusnya BWF meniru apa yang dilakukan oleh olahraga lain seperti salah satunya tenis yang mampu menggelar turnamen sebesar Grand Slam dengan ada atau tidak adanya pemain top yang terlibat.

Jim Laugesen juga menyebut kalau pemain dan negara-negara Asia egois karena hanya memikirkan kepentingan pribadi. Ditundanya Piala Thomas – Uber 2020 juga berbuntut pada pembatalan Denmark Masters dan tidak jelasnya kelanjutan Denmark Open.

Menanggapi kritikan dari legenda bulutangkis Denmark, Jim Laugesen, Sekjend BWF angkat suara soal kritikan yang ramai dilayangkan kepada negara dan pemain Asia akibat ditundanya Piala Thomas – Uber 2020.

“Situasi Covid-19 di Denmark memang sudah sedikit jauh lebih baik, namun ternyata itu tak cukup meyakinkan negara Asia untuk mau bepergian jauh apalagi ke Eropa,” tambahnya.

Media China, Aiyuke, juga ikut singgung kerugian yang dialami Denmark usai Piala Thomas – Uber resmi ditunda oleh BWF. Kerugian tersebut melingkupi persiapan mereka dalam sumber daya manusia dan protokol kesehatan karena turnamen ditunda sampai tiga kali.

Belum lagi usaha para bintang Denmark yang sudah berusaha mengajak para pemain Asia bermain. Padahal, Piala Thomas-Uber dianggap bisa menjadi awal dimulainya kompetisi bulutangkis dunia.

Hal ini diyakini bisa memancing sentimen bulutangkis Eropa yang diwakili Denmark kepada negara-negara Asia ke depannya. Bahkan, pemain seperti Viktor Axelsen dan Anders Antonsen sangat menyayangkan keputusan ini.

Di samping itu, tentu tak semua atlet atau staf federasi Asia juga setuju Piala Thomas-Uber dibatalkan.

Bapak sekaligus eks pelatih bulutangkis India, Vimal Kumar mengecam seluruh tindakan yang dilakukan oleh negara-negara besar Asia dan menyebut mereka biang kerok atas kembali ditundanya Piala Thomas – Uber 2020 untuk ketiga kalinya.

Pernyataan yang dilontarkan oleh Vimal Kumar itu pun mendapat sorotan dari media Malaysia yang menyebut bahwa tak hanya orang-orang Eropa saja yang memberikan kritik, tetapi orang Asia juga.

“Apa yang telah dilakukan negara-negara Asia, sungguh mengecewakan. Tidak ada masalah besar di negara-negara ini, mereka mengadakan acara lokal di sana, jadi menarik dengan cara ini, merupakan kemunduran besar bagi olahraga ini,” ujar Vimal Kumar dikutip dari media hindustantimes.com.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa keputusan yang diambil BWF menunda Piala Thomas – Uber membuat sejumlah kontroversi. Ada banyak yang pro, namun tak sedikit juga yang kontra dan menyalahkan negara-negara besar Asia atas situasi pelik ini.

Tapi apa boleh buat, apa ‘serunya’ turnamen tanpa keberadaan Indonesia atau pun China? {indosport}