3 Negara Antah Berantah Prestasi Bulutangkis Catat Sejarah di Denmark Open 2020

Denmark Open Super 750 2020 menjadi turnamen BWF pertama yang diadakan setelah jeda masa pandemi virus corona selama tujuh bulan terakhir. Turnamen yang diadakan 13-18 Oktober di Odense Sports Park ini memperebutkan total hadiah sebesar 750 ribu dolar AS atau sekitar Rp11 miliar.

Denmark Open 2020 menjadi turnamen level kedua tertinggi dalam BWF World Tour dan menjadi salah satu event paling bergengsi dalam satu musim. Setelah mengalami pengunduran jadwal beberapa kali dan melalui sederet kontroversi, turnamen ini akhirnya tetap digelar.

Namun sayangnya, banyak pebulutangkis kelas atas dunia yang memutuskan menarik diri dari turnamen, seperti negara-negara kuat Indonesia, China, dan Korea Selatan.

Di sisi lain, banyak pemain-pemain yang seolah ketiban durian runtuh dengan berhasil tampil di ajang sekelas Denmark Open. Bahkan ada dari negara ‘antah-berantah’ alias negara yang belum terdengar prestasi bulutangkisnya di kompetisi internasional.

Wales

Wales mengirimkan perwakilan tunggal putri pertamanya di turnamen level 750 melalui sosok pebulutangkis berusia 25 tahun, Jordan Hart. Di babak pertama, Jordan sukses membungkam tunggal putri Jerman dengan dua set langsung, 21-16 dan 21-13.

Namun sayang, di babak kedua yang berlangsung Kamis (15/10/20) kemarin, Jordan Hart harus tersingkir di tangan unggulan kedua asal Jepang, Nozomi Okuhara. Ia menyerah dua set langsung, 6-21 dan 12-21.

Meski tereliminasi lebih awal, Jordan Hart sudah cukup senang bisa melaju ke babak kedua turnamen Level 750 dan bisa menghadapi seorang Juara Dunia.

“Saya sangat senang bisa ke sini dan mengalami semua ini. Ini luar biasa. Saya amat beruntung bisa menikmati pengalaman di sini,” tuturnya kepada laman resmi BWF.

“Saya tidak terlalu terbebani selama pertandingan. Ada sedikit rasa gugup saat menghadapi lawan sekaliber dia, tapi saya sangat menikmatinya. Bahkan meskipun wajah saya menunjukkan hal sebaliknya di lapangan,” bebernya soal pertandingan melawan Okuhara.

Jordan Hart mengakui dirinya tak terbebani membawa bendera Wales di turnamen level ini. Ia datang sendiri ke Denmark Open tanpa ditemani sang pelatih.

“Rasanya aneh. Saya datang sendiri ke sini. Pelatih saya tak bisa menemani saya. Saya bangga bermain untuk Wales dan lebih bangga lagi melihat bendera Wales berkibar di turnamen seperti ini. Semoga hal ini bisa berlanjut dan saya bisa kembali untuk bersaing.”

Hart bercerita bahwa dirinya harus pindah ke Polandia untuk berlatih bersama sang pelatih, Steve Butler. Pasalnya di Wales sendiri ia tak mendapat sumber daya dan fasilitas yang cukup untuk mengasah skill bulutangkisnya.

Estonia

Tak tanggung-tanggung, negara Eropa Utara ini mengirimkan empat pemain sekaligus ke Denmark Open 2020. Mereka adalah Kristin Kuuba (tunggal putri), Mihkel Laanes (ganda campuran), Kati-Kreet Marran dan Helina Ruutel (ganda putri).

Mengutip media Estonia Delfisport, ini adalah pertama kalinya negara mereka punya perwakilan di turnamen bulutangkis sekelas level 750.

Kristin Kuuba langsung melaju ke babak kedua usai unggulan pertama Akane Yamaguchi mundur di detik-detik terakhir sebelum Denmark Open dimulai. Namun Kuuba harus tersingkir di tangan pemain Jerman, Yvonne Li, dengan skor 16-21, 21-13, dan 14-21.

Sementara ganda putri Kati-Kreet Marran dan Helina Ruutel melangkah penuh percaya diri ke turnamen ini usai menggondol gelar Latvia International, turnamen pertama yang berlangsung setelah pandemi corona.

“Kami senang bisa bermain di Latvia International sebelum datang ke sini, karena kami sudah lama tidak bermain. Itu menjadi cara bagus untuk menguji permainan ganda kami,” tutur Marran kepada Badminton Europe.

Namun Kati-Kreet Marran/Helina Ruutel juga kalah di babak kedua dari pasangan Prancis, Emilie Lefel/Anne Tran. Sementara pasangan Mihkel Laanes/Helina Ruutel sudah kalah lebih dulu di babak pertama.

Norwegia

Negara berpopulasi 5,4 juta orang ini mengirimkan tiga pemain di dua sektor ke Denmark Open 2020, yakni Emilie Hamang (tunggal putri) dan Torjus Flaatten/Vegard Rikheim (ganda putra).

Namun sayang, keduanya angkat koper sejak babak pertama usai takluk dalam laga yang berdurasi kurang dari 30 menit. Meski begitu, Emilie Hamang mengaku bahagia bisa tampil di turnamen prestisius.

“Saya amat senang bisa bermain. Ini adalah kesempatan bagus untuk bertanding melawan pemain-pemain yang lebih baik, yang biasanya saya tak pernah ketemu di turnamen biasa,” tutur Hamang kepada Badminton Europe. {indosport}