Pandemi virus corona yang terjadi di Indonesia turut merenggut nyawa para petugas kesehatan. Sejak kasus pertama Covid-19 secara resmi diumumkan di Tanah Air pada Maret tahun lalu, sejauh ini terdapat 647 petugas medis dan kesehatan yang wafat akibat terinfeksi Covid-19.
Data tersebut berdasarkan rangkuman Tim Mitigasi IDI dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia (PATELKI), dan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).
Petugas medis dan kesehatan yang meninggal dunia terdiri dari 289 dokter (16 guru besar) dan 27 dokter gigi (3 guru besar), 221 perawat, 84 bidan, 11 apoteker, 15 tenaga laboratorium medik.
Sementara dokter yang wafat terdiri dari 161 dokter umum (4 guru besar), 123 dokter spesialis (12 guru besar), dan 5 residen yang berasal dari 26 IDI Wilayah (provinsi) dan 116 IDI Cabang (Kota/Kabupaten).
Berikut rincian data berdasarkan provinsi:
Jawa Timur: 56 dokter, 6 dokter gigi, 89 perawat, 4 tenaga laboratorium medik, dan 33 bidan
DKI Jakarta: 43 dokter, 10 dokter gigi, 25 perawat, 2 apoteker, 3 tenaga laboratorium medik, dan 7 bidan
Jawa Tengah: 41 dokter, 2 dokter gigi, 27 perawat, 3 tenaga laboratorium medik, dan 2 bidan
Jawa Barat: 33 dokter, 4 dokter gigi, 27 perawat, 6 apoteker, 1 tenaga laboratorium medik, dan 13 bidan
Sumatera Utara: 26 dokter, 1 dokter gigi, 3 perawat, dan 9 bidan
Sulawesi Selatan: 18 dokter, 7 perawat, dan 4 bidan
Banten: 12 dokter, 2 perawat, dan 4 bidan
Bali: 6 dokter, 1 perawat, dan 1 tenaga laboratorium medik
DI Aceh: 6 dokter, 2 perawat, 1 tenaga laboratorium medik, dan 1 bidan
Kalimantan Timur: 6 dokter dan 4 perawat
DI Yogyakarta: 6 dokter, 2 perawat, dan 3 bidan
Riau: 6 dokter, 2 perawat, dan 1 bidan
Kalimantan Selatan: 5 dokter, 1 dokter gigi, dan 6 perawat,
Sulawesi Utara: 5 dokter, 1 perawat, dan 1 bidan
Sumatera Selatan: 4 dokter, 1 dokter gigi, dan 5 perawat
Kepulauan Riau: 3 dokter dan 2 perawat
Nusa Tenggara Barat: 2 dokter, 1 perawat, 1 tenaga laboratorium medik, dan 1 bidan
Bengkulu: 2 dokter dan 2 bidan
Sumatera Barat: 1 dokter, 1 dokter gigi, dan 2 perawat
Kalimantan Tengah: 1 dokter, 2 perawat, 1 apoteker, dan 2 bidan
Lampung: 1 dokter dan 2 perawat
Maluku Utara: 1 dokter dan 1 perawat
Sulawesi Tenggara: 1 dokter, 2 dokter gigi, dan 1 perawat
Sulawesi Tengah: 1 dokter dan 1 perawat
Papua Barat: 1 dokter
Bangka Belitung: 1 dokter
Papua: 2 perawat, 1 bidan
Nusa Tenggara Timur: 1 perawat
Kalimantan Barat: 1 perawat, 1 apoteker, dan 1 tenaga laboratorium medik
Jambi: 1 apoteker
DPLN (Daerah Penugasan Luar Negeri) Kuwait: 2 perawat
Serta, terdapat 1 dokter yang masih dalam konfirmasi verifikasi.
Kematian tenaga medis tertinggi di Asia
Menurut informasi dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), berdasarkan perbandingan statistik testing dan populasi, kematian tenaga medis dan kesehatan di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia dan masuk dalam tiga besar di seluruh dunia.
Tim Mitigasi PB IDI Dr Adib Khumaidi mengatakan, meski program vaksinasi sudah mulai dilakukan di hampir seluruh wilayah di Indonesia, hal ini hanya merupakan salah satu upaya pencegahan (preventif).
Ia menegaskan, pencegahan tidak akan berjalan maksimal apabila masyarakat tetap abai dalam menjalankan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, menjaga jarak, membatasi mobilitas, dan menghindari kerumunan.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga diminta untuk meningkatkan strategi testing secara serentak bagi seluruh lapisan masyarakat, sehingga dapat menentukan diagnosis dini dan tindakan segera bagi yang terkonfirmasi positif terpapar virus.
Menurut Adib, saat ini situasi penularan Covid-19 sudah tidak terkendali, terutama dikarenakan aktivitas mobilitas masyarakat semakin meningkat.
Ia menuturkan, testing, screening (penyaringan), tracing (penelusuran) dan evaluasi penyembuhan sangat diperlukan. “Saat ini angka testing di Indonesia masih baru mencapai kurang dari 5 persen dari total populasi penduduk Indonesia,” kata dia.
Sehingga, pemerintah setempat dan pengelola fasilitas kesehatan diimbau memberikan tes rutin untuk mengetahui status kondisi kesehatan terkini para pekerja medis dan kesehatan yang bertugas menangani pasien.
Cuaca dan bencana
Terkait dengan perubahan cuaca dan maraknya bencana alam di Indonesia, Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia dr Mahesa Paranadipa Maikel memperingatkan perlunya antisipasi kondisi penumpukan pengungsi dari korban bencana alam.
Pihaknya meminta adanya keseriusan seluruh pihak dalam penanganan korban bencana alam dalam situasi pandemi dengan selalu memperhatikan protokol kesehatan.
“Hal ini untuk meminimalisir adanya penularan Covid terjadi di klaster pengungsian korban bencana alam,” tuturnya.
Ia menjelaskan, protokol kesehatan di lokasi pengungsian bencana yang perlu diperhatikan oleh para pemangku kebijakan dan para relawan penanggulangan bencana serta masyarakat korban bencana antara lain:
Pengaturan sirkulasi udara di lokasi penampungan pengungsi bencana alam tetap terjamin
Penggunaan masker dan rajin mencuci tangan bagi semua lapisan juga harus tetap terjaga walaupun mungkin beberapa kondisi penjagaan jarak antara keluarga inti korban bencana mungkin sulit dihindari
Tempat pengungsian sebaiknya berusaha menyediakan fasilitas tempat pencucian tangan yang disertai dengan sabun cuci tangan
BNPB atau BNPD harus bisa memfasilitasi pemeriksaan kesehatan atau pengawasan kesehatan di lokasi lokasi pengungsian, sehingga bila ada pengungsi yang mengalami gangguan kesehatan dapat segera diperiksa dan jika kondisi kesehatannya mengarah pada suspect covid maka harus dilakukan testing
“Sementara jika ada pengungsi yang didapati terkonfirmasi Covid-19 melalui PCR, maka harus segera dilakukan tracing (penelusuran) agar tidak terjadi penularan yang besar di klaster pengungsian dan penanganan pengungsi bisa berjalan dengan baik,” imbuhnya. {kompas}