News  

Hatta Taliwang, Gusdurian dan Terorisme

Pagi ini Bang Hatta Taliwang (Muhammad Hatta Taliwang/MHT) mengawali riuh di GWA dengan memulai obrolan tentang Terorisme. Ngalor ngidul juga bicara soal Catur. Nampaknya, Catur dan MHT adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan, seperti mata uang dalam koin.

Masih soal terorisme yang saat ini mendadak trending, setelah sebelumnya sidang HRS dan pembantaian 6 laskar FPI terus menjadi topik utama perbincangan rakyat, nampaknya isu ‘terorisme sedang mengajukan interupsi’. Sontak, semua bicara soal terorisme.

Namun menarik apa yang dikutip MHT dari Prof Din Syamsuddin beberapa tahun lalu, bahwa isu Terorisme adalah produk Amerika sebagaimana dibocorkan oleh Hillary Clinton. Bang MHT, juga mengingatkan pandangan Gus Dur soal terorisme.

Sebagaimana video Gus Dur dalam bahasa Inggris (bahasa Inggrisnya fasih, jauh dibandingkan Presiden Mukidi), dengan nada berseloroh menyebut Terorisme tak menutup kemungkinan bikinan polisi sendiri. artinya, Terorisme adalah desain kekuasaan, bukan insiden kejahatan terhadap kemanusiaan.

Gus Dur, melihat isu Terorisme tidak lah seperti yang dikabarkan media. Isu terorisme, lebih kuat disimpulkan sebagai aksi atau operasi penguasa, bukan insiden kejahatan yang dilakukan oleh orang yang dilabeli teroris.

Saya berkomentar, sayangnya Gusdurian (sebutan untuk pengikut Gus Dur) tidak memiliki pandangan yang sama dengan Gus Dur soal Terorisme. Kalaupun tidak ikut mengkritik isu terorisme yang patut diduga produk penguasa, Gusdurian lebih mengambil sikap diam, mungkin cari aman.

Padahal, kalau isunya Pluralisme, kebebasan (baca : kebablasan) beragama, Gusdurian paling kenceng. Seperti corong, yang mengamplifikasi suara Gus Dur menjadi semakin nyaring.

Gusdurian, biasanya paling kenceng teriak Pluralisme. Selalu mengutip pernyataan Gus Dur sebagai basis argumentasi. Sudah seperti nabi saja, Gus Dur bagi Gusdurian.

Untuk kasus Terorisme ? Gusdurian nampaknya kabelnya putus, corongnya tidak mengeluarkan suara. Tak ada nalar kritis yang diajukan, sebagaimana Gus Dur mengkritik isu terorisme.

Beda Gusdurian beda Hatta Taliwang. Nampaknya, aktivis NTB yang satu ini, dapat berfikir merdeka, tak terikat dengan Gus Dur maupun Prof Din Syamsuddin. Kutipan pendapat diambil, semata setelah melalui verifikasi akal sehat, bukan taklid buta.

Namun terlepas adanya perbedaan MHT dan Gusdurian, nampaknya hal itu tak akan membuat Bang MHT tetap perkasa. Ya, dia akan tetap setia mengangkat benteng dan kuda. Sebuah aktivitas, yang hanya bisa dilakukan oleh Pria Perkasa.

Ahmad Khozinudin, Sastrawan Politik