News  

Salafi Wahabi Bukan Bomber Makassar

Pasca fitnah terhadap NII, JAD, ISIS, FPI dan HTI tidak laku ‘dijual’. Kini, Salafi Wahabi yang menjadi sasaran fitnah.

Teror bom Makassar diduga ‘diledakkan’ oleh spesialis teror dan tukang fitnah terhadap umat Islam.

Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen R Ahmad Nurwakhid menyebut pelaku bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar memiliki ideologi Salafi Wahabi. (detik.com, 30/3/21)

‘Tuduhan’ yang berbau fitnah terhadap Salafi Wahabi sejalan dengan statemen Ketua PBNU Said Aqil Siradj. (CNN Indonesia, 30/3/21)

Celana cingkrang dan wanita bercadar menjadi ‘jualan’ lagi setelah sempat meredup dalam beberapa tahun terakhir.

Sejak era Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, stigma terhadap orang yang bercelana cingkrang dan wanita bercadar sebagai pelaku teror dan bomber sempat menghilang.

Sekarang muncul kembali pasca teror bom Makassar, yang diduga dilakukan oleh ‘pemain’ lama. Spesialis bomber.

Salafi Wahabi dimainkan lagi setelah isu FPI dan HTI gagal menenggelamkan kasus pembantaian dan pembunuhan enam Laskar FPI oleh polisi.

Menurut Wikipedia, Salafiyah atau salafisme, adalah salah satu metode dalam agama Islam yang mengajarkan syariat Islam secara murni tanpa adanya tambahan dan pengurangan, berdasarkan syariat yang ada pada generasi Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat kemudian setelah mereka dan setelahnya.

Sedangkan Wahabi merupakan penisbatan terhadap ahli tauhid dan seorang tokoh pemimpin gerakan keagamaan yang pernah menjabat sebagai mufti Daulah Su’udiyyah yang kemudian berubah menjadi Kerajaan Arab Saudi, yaitu Muhammad bin Abdul Wahhab yang berasal dari Najd, Arab Saudi.

Dakwah Salafi di Indonesia sejak era 1990 memang berkembang pesat di Indonesia. Mereka sudah tersebar dari Aceh hingga Papua.

Dakwah Salafi dianggap ancaman baru bagi NU strukturalis.

Berbeda halnya dengan kalangan NU kultural atau sering disebut NU garis lurus, banyak bergandengan tangan dengan dakwah Salafi termasuk Muhammadiyah, Persatuan Islam dan al-Irsyad. Banyak ‘sefaham’ dengan dakwah Salafi.

‘Bentrok’ faham, khususnya masalah furuiyyah dan aqidah, gaungnya hanya dirasakan oleh NU strukturalis.

Bila ‘bomber’ Makassar yang dulunya dianggap lembut. Berubah sikapnya menjadi ‘keras’ dan ‘kasar’ setelah mengenal dakwah Salafi Wahabi justru faktanya berbeda.

Semakin seseorang mengenal dakwah Salafi, semakin tidak mudah membid’ahkan orang yang berbeda dalam masalah fiqh, khususnya ibadah.

Apalagi soal mengkafirkan. Dakwah Salafi tidak mudah mengkafirkan seseorang.

Kalau soal tradisi lokal keagamaan seperti yasinan dan tahlilan yang banyak diamalkan dikalangan NU, merupakan ikhtilaf di kalangan para ulama.

NU dan Salafi Wahabi jangan mau diadu domba melalui bom Makassar dan bom-bom lainya yang patut diduga pelakunya adalah ‘pemain spesialis’ bomber di Indonesia.

Siapa dia? Tanya sama Mbah intelijen.

Bandung, 17 Sya’ban 1442/31 Maret 2021
Tarmidzi Yusuf, Pegiat Dakwah dan Sosial