Mengapa Isu Penista Agama dan Teror Bom Makin Marak?

Saya meyakini maraknya isu penistaan agama dan teror bom akhir-akhir ini tidak berdiri sendiri. Misalnya teror bom Makassar dan penyerangan Mabes Polri.

Bulan Ramadhan ini kita dihebohkan oleh viralnya video Jozeph Paul Zhang, yang mengaku sebagai nabi ke-26. Menghina Islam dan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

Saya lebih cenderung menyebutnya berbagai peristiwa teror bom dan penistaan agama by design.

Ada institusi besar yang menggerakkan. Diblow up oleh media mainstream secara besar-besaran.

Untuk apa? Menutupi kejahatan institusi. Aib pembantaian dan pembunuhan enam laskar FPI. Diduga melibatkan petinggi institusi keamanan.

Toyota Land Cruiser menjadi titik terang siapa yang berada dibalik pembantaian dan pembunuhan enam laskar FPI. Konon ada ‘bintang’ di dalam mobil mewah seharga lebih dari satu miliar.

Mereka sedang berupaya mengubur dalam-dalam kejahatan mereka terhadap pembantaian dan pembunuhan enam laskar FPI secara kejam dan tidak beradab.

Kejahatan apa lagi? Kejahatan terhadap HRS. Dalam persidangan HRS di Pengadilan Negeri Jakarta Timur makin terbuka adanya skenario kriminalisasi bahkan upaya pembunuhan terhadap HRS.

Belang mereka takut diketahui publik. Berbagai rentetan peristiwa bom dan nabi palsu dijadikan momentum untuk menutupi dan mengalihkan isu kejahatan mereka.

Pertanda hidup mereka tidak tenang. Mereka dihantui rasa bersalah dengan mendesaian berbagai peristiwa yang menghebohkan.

Daripada sibuk kasak-kusuk menutupi kejahatan, akan lebih bijak jika mereka bertobat sambil berdoa:

اللهم استر عوراتي وآمن روعاتي، اللهم احفظني من بين يدي ومن خلفي، وعن يميني وعن شمالي، وأعوذ بعظمتك أن أغتال من تحتي

Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah! Peliharalah aku dari muka, belakang, kanan, kiri dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaranMu, agar aku tidak disambar dari bawahku (oleh ulat atau bumi pecah yang membuat aku jatuh dan lain-lain).
( HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, lihat Shahih Ibnu Majah 2/332).

Bandung, 6 Ramadhan 1442/18 April 2021
Tarmidzi Yusuf, Pegiat Dakwah dan Sosial