News  

1 Orang Sakit Tetap ke Masjid Bikin Klaster Tarawih di Banyumas, 51 Jemaah Positif COVID-19

Sebanyak 55 jemaah shalat tarawih di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dinyatakan positif Covid-19. Mereka berasal dari dua masjid. Di Desa Pekaja, Kecamatan Kalibagor, ada 44 orang yang dinyatakan positif Covid-19.

Sedangkan di Desa Tanggeran, Kecamatan Somagede, ada tujuh jemaah shalat tarawih yang dinyatakan positif Covid-19.

Berawal dari jemaah sakit, tetapi ke masjid

Bupati Banyumas Achmad Husein mengatakan, dua klaster shalat tarawih tersebut diketahui setelah ada dua jemaah dari dua masjid tersebut yang dinyatakan positif Covid-19.

Kemudian, petugas kesehatan melakukan tracing terhadap kontak erat hingga ditemukan puluhan orang positif Covid-19.

“Tarawih di mushala, bermula dari satu orang jemaah yang sudah sakit di awal Ramadhan, tetapi masih tetap berangkat tarawih,” ujar Husein kepada wartawan di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis (29/4/2021).

Ia mengatakan, sebagian besar dinyatakan dalam kondisi baik dan tanpa gejala. Di Desa Pekaja, dari 44 orang positiif Covid-19, 43 orang melakukan isolasi mandiri dan satu orang menjalani perawatan di RSUD Banyumas.

Sedangkan di Desa Tanggeran, dari tujuh orang yang dinyatakan positif Covid-19, satu orang gejala ringan dan enam orang lainnya tanpa gejala.

“Sekarang mereka sedang menjalani karantina di rumah karantina Baturraden sejak tanggal 26 April 2021,” kata Husein.

Kasus Covid-18 melonjak

Sementara itu, sejak awal April 2021, kasus baru Covid-19 di Kabupaten Banyumas cenderung meningkat. Menurut Epidemiologi Lapangan Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto dr Yudhi Wibowo, ada dua faktor yang menyebabkan meningkatnya kasus.

Dua faktor itu yakni efek euforia vaksinasi dan long weekend libur wafatnya Isa Almasih. Ia mengatakan, saat itu mobilitas penduduk naik 58 persen di atas baseline untuk driving.

Yudhi juga mengatakan, untuk menekan laju penyebaran Covid-19, masyarakat diminta tetap waspada.

“Pemerintah harus terus menggencarkan edukasi pentingnya protokol kesehatan, monev protokol kesehatan di fasilitas umum, perkantoran, dan lainnya,” ujar Yudhi.

Selain itu, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berskala mikro juga harus dioptimalkan.

“Satgas level RT harus diberdayakan, fast response jika ada pendatang agar segera ditindaklanjuti. Kemudian, perlu penguatan testing dan tracing kembali,” kata Yudhi. {kompas}