Mesin Pengering Gabah, Solusi Saat Panen Raya

Mesin Pengering Gabah

Dalam tatanan kehidupan bernegara di Indonesia, beras merupakan komoditas yang memiliki nilai strategis, baik dari segi ekonomi, lingkungan hidup, sosial, maupun politik. Dalam konteks ketahanan pangan, stabilisasi pasokan dan harga beras menjadi salah satu unsur penting dalam pencapaian ketahanan pangan sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional (Bappenas 2010).

Oleh karena itu, dalam pembangunan ekonomi Indonesia, beras selalu diperlakukan sebagai komoditas ekonomi, sosial, sekaligus politik.

Kebijakan harga beras merupakan salah satu instrumen penting untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga beras. Sesuai dengan perkembangan ekonomi beras nasional, bentuk kebijakan harga beras mengalami penyesuaian dari masa ke masa.

Kebijakan pembelian gabah dan beras oleh pemerintah dilaksanakan mulai tahun 1973, kebijakan harga dasar dan harga tertinggi gabah dan beras diimplementasikan pada tahun 1980-2000 dan kebijakan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah dan beras mulai diterapkan pada tahun 2000 sampai sekarang. Inpres No 5 Tahun 2015 salah satunya memutuskan bahwa HPP GKP (gabah kering panen) sebesar 3.700

Penanganan pasca panen tanaman padi manjadi hal yang perlu diketahui oleh para petani padi, dengan penanganan yang tepat, bahan hasil panen gabah para petani padi dapat diolah dan disimpan dengan kualitas yang tidak berbeda dibandingkan sesaat setelah panen.

Salah satu penanganan pasca panen tanaman padi adalah pengeringan. Pengeringan merupakan usaha untuk mengurangi sejumlah kadar air dari dalam bahan. Pengeringan menjadi sangat penting karena dengan berkurangnya kandungan air dalam bahan, resiko kerusakan gabah dikurangi sehingga gabah dapat dipertahankan kualitasnya.

Di Indonesia pengeringan gabah sebagian besar masih dilakukan dengan metode penjemuran langsung di bawah sinar matahari. Pengeringan dengan metode ini memiliki kekurangan seperti resiko tercemar kotoran, kehilangan akibat dimakan binatang, kehujanan dan menurunnya aspek kualitas gabah akibat pengeringan yang tertunda.

Total biaya yang dikeluarkan petani padi untuk memperoleh hasil panen sebesar 1 kg GKP (gabah kering panen) mulai dari biaya pengolahan lahan awal, pemupukan dasar, benih, tenaga kerja, pupuk kimia, insektisida, herbisida, fungisida dan biaya pemanenan relative tidak jau berbeda dengan harga HPP yang sudah ditetapkan oleh pemerintah HPP yaitu sebesar 3.700.

Usaha budidaya tanaman padi oleh para petani padi berlangsung selama 4 bulan, saat panen raya tiba dengan adanya musim hujan membuat kwalitas gabah rendah maka harga gabah bisa rendah sekali. Saya amati saat awal tahun 2017 di daerah pulau Jawa harga gabah saat itu di bawah 3.500. Bagaimana dengan panen raya bulan Maret-April tahun 2018 ? Apakah sama nasibnya dengan panen raya saat awal tahun 2017 ?

Penurunan harga gabah saat panen raya yang diakibatkan oleh hujan sangat besar pengaruhnya, gabah akan cepat berubah warna, cepat busuk serta musim hujan juga bisa membuat petani gagal panen. Panen raya biasanya terjadi saat bertepatan dengan musim hujan, hal ini diperparah lagi jumlah mesin pengering yang sangat terbatas.

Peran Kementan sangat dibutuhkan agar gabah bisa dipertahankan kwalitasnya, program untuk awal tahun, saat para petani padi di NKRI sedang panen raya yang bertepatan dengan musim hujan sebisanya ada program dari Kementan untuk pemberian atau hibah kepada para petani padi khususnya yang menanam padi di lahan tadah hujan untuk mendapatkan alat mesin pengering gabah atau bisa juga lewat dana aspirasi yang dimiliki oleh para Wakil Rakyat yang duduk di DPR RI, program juga harus tepat agar peberian kepada para petani bisa efektif dan tepat sasaran.

Tonny Saritua Purba, Fungsionaris Partai Golkar Kota Bogor