News  

Bukan Hanya Jatim, BMKG Sebut 3 Wilayah Ini Juga Berpotensi Diterjang Tsunami

Kembali prediksi mengejutkan datang dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Seperti diketahui, beberapa waktu lalu, wilayah Jatim alias Jawa Timur diprediksi akan dihantam gelombang tsunami dahsyat.

Namun, baru-baru ini sebuah prediksi kembali dilayangkan pihak BMKG yang mengatakan bahwa setidaknya akan ada tiga wilayah lainnya selain Jatim yang kemungkinan diterjang tsunami tinggi.

Dilansir dari suara.com (jaringan terkini.id) bersumber Hops.id, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono, menegaskan potensi gempa dengan kekuatan magnitudo besar dan menimbulkan tsunami nyatanya tidak hanya di pesisir Jawa Timur.

“Catatan sejarah gempa besar Jawa akibat aktivitas subduksi lempeng membuktikan bahwa justru Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Barat adalah yang paling sering dilanda gempa besar,” tulis Daryono melalui akun Twitter-nya, DaryonoBMKG, seperti dilihat terkini.id pada Sabtu, 12 Juni 2021.

Lebih lanjut, Daryono mengatakan bahwa gempa bumi adalah proses geologi dan tektonik sehingga itu sunatullah seperti terjadinya hujan, angin, dan air yang mengalir.

“Karena di situ banyak manfaat untuk manusia dan sistem alam sendiri. Sehingga jika kita berdoa mohonlah perlindungan dan keselamatan, bukan minta jangan terjadi gempa.”

Ditegaskan Daryono, bertanya kapan gempa kuat akan terjadi sama halnya jikalau kita bertanya kapan akan mati.

“Setiap yang hidup pasti mati. Pasti tapi kapan itu tiba kita tidak tahu. Sehingga terkait potensi gempa sebenarnya tidak perlu resah dan panik,” bebernya.

Ia juga meminta masyarakat yang berada di wilayah rawan gempa untuk tetap tenang dan tak perlu resah maupun panik, melainkan optimis serta produktif.

“Jalani hidup ini dengan optimis dan produktif. Meski demikian, mitigasi konkret wajib diwujudkan,” pungkas Daryono.

Sebagai upaya untuk antisipasi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memiliki metode sederhana, yaitu metode ’20-20-20′.

Metode ini tidak berlaku bagi semua wilayah, tetapi berlaku bagi orang-orang yang ketika kejadian sedang berada atau tinggal dekat dengan garis pantai dan sulit untuk evakuasi ke dataran tinggi.

Nah, jika pembaca merasakan gempa selama 20 detik, maka hati-hati dan waspada tsunami akan datang dalam waktu 20 menit kemudian.

Jika berada di garis pantai, sebaiknya sesegera mungkin mengevakuasi diri untuk naik ke atas gedung dengan ketinggian 20 meter.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menerapkan metode ini adalah kita harus memilih gedung yang masih berdiri utuh dan kokoh bahkan setelah selesai terjadinya gempa.

Jika evakuasi secara vertikal tidak mungkin dilakukan, misalnya semua bangunan di garis pantai hancur atau tidak utuh, maka bisa melakukakan evakuasi horizontal.

Satu hal penting yang sangat perlu dilakukan adalah menjauhi bibir pantai sejauh mungkin. Akan lebih baik lagi jika mampu berjalan lebih jauh.

Saran lainnya yang perlu diingat, yaitu jangan menggunakan kendaraan ketika evakuasi dari bibir pantai karena terdapat risiko gempa susulan yang bisa membahayakan ketika sedang berada di kendaraan.

Selain alasan tersebut, juga demi menghindari kemacetan yang tentunya berbahaya karena bisa jadi sulit ketika melakukan evakuasi terhadap diri sendiri maupun keluarga. {terkini}