Ramai warga negara Indonesia (WNI) yang dikarantina mengaku diperas setelah pulang dari luar negeri. Dugaan pemerasan itu dilakukan melalui karantina dan disebutkan mereka seakan-akan dipaksa untuk menjalani karantina di hotel mewah selama 14 hari.
Menanggapi hal itu, Politikus Partai Gerindra Andre Rosiade meminta pemerintah segera melakukan investigasi atas dugaan pemerasan WNI yang pulang dari luar negeri dengan modus karantina di hotel.
“Saya minta pemerintah melalui Kementerian Kesehatan, pihak kepolisian, melakukan investigasi secara menyeluruh. Jangan sampai ada pemerasan kepada rakyat kita.
Jangan sampai rakyat kita dikorbankan atau menjadi ladang bisnis di tengah wabah pandemi COVID-19 ini,” kata Andre dalam keterangan resminya, Sabtu (17/7/2021).
Andre mengaku sudah banyak mendengar kabar dugaan pemerasan WNI dengan modus karantina mandiri di hotel tersebut. Menurut dia, dugaan pemerasan dengan modus serupa juga pernah dialami keluarganya saat pulang dari Amerika Serikat beberapa bulan lalu.
“Saya banyak mendengar kasus ini. Bahkan beberapa bulan lalu keluarga saya mengalami hal yang sama. Pulang dari Amerika Serikat, tante dan sepupu saya sampai menghabiskan uang Rp 100 juta untuk membayar karantina yang dilakukan di hotel,” kata Andre menjelaskan.
“Saat itu ada yang dinyatakan positif. Saat kita meminta PCR mandiri sebagai second opinion, pihak hotel menolak,” imbuh dia.
Untuk itu, ke depan, Ketua DPD Partai Gerindra Sumatera Barat ini meminta agar pemerintah memberikan patokan biaya karantina yang lebih manusiawi dan masuk akal.
“Jangan ada lagi biaya hotel begitu besar yang akhirnya memberatkan masyarakat khususnya WNI yang baru pulang dari luar negeri. Jangan lagi rakyat diberikan beban berat karena bayar hotelnya begitu mahal,” katanya.
“Masyarakat juga harus diberikan kesempatan untuk melakukan PCR mandiri untuk mencari second opinion. Jangan sampai ada dugaan masyarakat itu sengaja di-COVID-kan sehingga mereka menjadi korban ‘pemerasan’,” tegas Andre. {detik}