News  

Pesan Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman Ke Prajurit TNI: Hindari Fanatik Berlebihan Terhadap Agama

Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Pangkostrad), Letjen TNI Dududng Abdurachman, memberi pernyataan tegas dalam lawatannya ke Batalyon Zeni Tempur 9/Kostrad, Ujung Berung, Bandung, Jawa Barat, Senin 13 September 2021.

Dilansir VIVA Militer dari laman resmi Kostrad, dalam kunjungannya ke Markas Komando (Mako) Yonzipur 9/Kostrad, dudung melakukan sejumlah kegiatan.

Salah satunya adalah peninjauan fasilitas pangkalan, kantor, perumahan prajurit, dan alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang dimiliki Yonzipur 9/Kostrad.

Selain itu, mantan Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) Jayakarta/Jaya ini juga sempat melalukan penanaman pohon di Mako Yonzipur 9/Kostrad.

Setelah melakukan berbagai kegiatan, Pangkostrad memberikan pengarahan kepada para anggota Yonzipur 9/Kostrad, terkait situasi pandemi Corona Virus Disease-19 (COVID-19).

Pangkostrad meminta para prajurit agar senantiasa bersyukur karena masih diberikan kesehatan, dalam menghadapi kondisi seperti sekarang.

“Sebagai prajurit, kita harus bersyukur dengan kondisi keluarga saat ini masih diberikan kesehatan,” ucap Letjen TNI Dudung Abdurachman.

Kemudian yang tak luput dari pengamatan Pangkostrad adalah soal pemanfaatan dan penggunaan media sosial (medsos).

Dudung tahu persis banyak informasi yang beredar di media sosial, yang belum valid dan bisa dipertanggungjawabkan. Apalagi, menyangku fanatisme terhadap suatu agama tertentu.

“Bijaklah dalam bermain media sosial seusai aturan yang berlaku bagi prajurit. Hindari fanatik yang bersifat berlebihan terhadap suatu agama. Karena, semua agama itu benar di mata Tuhan,” lanjut Pangkostrad.

Yang terakhir, Dudung meminta kepada seluruh prajurit Yonzipur 9/Kostrad, untuk melaksanakan pembinaaan tradisi prajurit baru secara profesional dan proporsional.

Dengan tegas Dudung menyatakan bahwa pembinaan tradisi prajurit baru harus dilakukan dengan keras, tetapi tidak dengan cara kasar. Dalam pandangannya, penanaman jiwa korsa dalam diri prajurit tidak harus dengan cara kasar lantaran bisa merugikan diri sendiri dan satuan.

“Laksanakanlan pembinaan tradisi kepada prajurit yang baru masuk secara keras sesuai aturan, tetapi bukan kasar. Karena, tujuan dari tradisi satuan adalah untuk membangun kebanggaan dan jiwa korsa tanpa kekerasan, maupun tindakan-tindakan yang dapat merugikan diri sendiri dan satuan,” tegas Pangkostrad. {viva}