News  

Semua Agama TIDAK SAMA Di Depan TUHAN

Seperti menjadi syarat tidak tertulis di negeri ini. Bila ingin karir moncer. Usaha maju dan lancar. ‘Perangi’ Islam. Caranya pun terbilang mudah dan sederhana. ‘Jualan’ agama dan terorisme. Imbalan dunia menggiurkan. Akhirat jangan ditanya, imbalannya apa lagi kalau bukan neraka. Naudzubillah summa naudzubillah.

Ingat dengan ormas penjaga gereja. Selain menjaga gereja, ormas tersebut juga suka membubarkan pengajian. Sempat pula membakar bendera tauhid. Hasilnya, menteri.

Begitupun dengan jenderal baliho. Bentar lagi bintang empat. Baru-baru ini, dan bukan baru kali ini saja, lontaran tentang Semua Agama sama di depan Tuhan. Bila ia muslim, ucapan tersebut fatal. Bisa menyeret seseorang menjadi kufur.

Sepintas ungkapan Semua Agama sama di mata Tuhan seperti ungkapan yang bijak dan baik. Membungkus kesesatan dengan menyatukan semua agama dalam satu pemahaman, aliran agama nusantara.

Padahal, persatuan dan keberagaman itu tidak meniadakan perbedaan dan keyakinan. Perbedaan dalam keyakinan beragama sebagai hal lumrah. UUD 1945 Pasal 29 ayat (2) sudah menjamin hal itu, “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.”

Keberagaman adalah sunnatullah (QS. al-Hujurat: 13). Kemajemukan dan keberagaman yang ada sering disebut dengan pluralisme. Salah satu bentuk kemajemukan yang ada adalah agama.

Namun dalam perjalanannya, pemahaman tentang pluralisme agama diselewengkan. Pluralisme yang menganggap semua agama adalah sama. Sebuah pemahaman yang keliru dan menyesatkan.

Pemahaman tersebut berdasarkan bahwa semua agama sama-sama mengajarkan kebaikan, menentang keburukan dan sama-sama memuja tuhan. Tentu prinsip ini salah. Karena setiap agama memiliki ritual keagamaan yang berbeda dan tidak dapat disatukan dan simakan walaupun sama-sama dianggap suci.

Contoh soal konsep Ketuhanan. Setiap agama punya konsep ketuhanan yang berbeda. Tuhannya orang Islam, Allah subhanahu wa ta’ala. Tuhan Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. Tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia (QS. al-Ikhlas)

Demikian pula dengan Tuhannya orang Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Tuhannya masing-masing agama berbeda.

Setiap agama mengajarkan kebaikan. Setiap kebaikan belum tentu kebenaran. Baik belum tentu benar. Benar sudah pasti baik.

Bandung, 9 Shafar 1442/16 September 2021
Tarmidzi Yusuf, Pegiat Dakwah dan Sosial