News  

Terungkap! Soal SBY Gagal Jadi KSAD TNI: Diperjuangkan Wiranto, Ditolak Mentah-Mentah Gus Dur

Menjadi impian bagi mayoritas prajurit TNI untuk mencapai pangkat tertinggi di militer. Begitu pula Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berkeinginan meraih empat bintang emas di pundak alias jenderal semasa aktif sebagai tentara. Namun, cita-cita itu tak pernah terwujud.

Lulus dari Akademi Militer 1973 dengan status terbaik alias penyandang penghargaan Adhi Makayasa-Tri Sakti Wiratama, karier SBY moncer.

Oleh publik dan banyak kalangan, menantu tokoh RPKAD Sarwo Edhie Wibowo ini bahkan dianggap sebagai the rising star. Jenderal cerdas, begitu sebutan dari banyak orang.

Pada kurun 1998, SBY telah mencapai pangkat bintang tiga alias Letnan Jenderal (Letjen). Jabatan tentara asal Pacitan itu Kassospol ABRI, setelah sebelumnya Asisten Kassospol. Sedikit mundur, dia memimpin teritorial sebagai Pangdam II/Sriwijaya (1996-1997).

Jalan menuju bintang empat itu terbuka lebar ketika Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto mengusulkan kepada Presiden Abdurrahman Wahid agar SBY menjadi Kepala Staf Angkatan Darat alias KSAD.

Wiranto tahu betul SBY memiliki kemampuan untuk menduduki jabatan itu baik dari sisi kematangan, pengalaman jabatan, maupun lamanya pangkat Letjen yang disandang.

“Saya tidak tahu mengapa saat itu Presiden menolak mentah-mentah saran saya dengan alasan bahwa Letjen Susilo Bambang Yudhoyono terlalu kental dengan urusan-urusan politik,” ujar Wiranto dalam buku ‘Bersaksi di Tengah Badai’ dikutip, Senin (11/10/2021).

Mantan ajudan Presiden Soeharto ini mengisahkan kepada Gus Dur dia berusaha menjelaskan bahwa urusan politik itu terkait dengan jabatan yang disandang SBY sebagai Kassospol.

Karena itu semestinya tidak perlu dipermasalahkan apabila yang dilakukan SBY terkait erat dengan politik karena memang tugasnya.

Tetapi, kata Wiranto, Presiden tak mau menanggapi alasan yang disodorkan. Bahkan upayanya untuk meyakinkan Gus Dur selama tiga hari terkait usulan SBY menjabat KSAD itu tetap mental.

Atas penolakan tersebut, Wiranto menyampaikan kepada Wakil Panglima TNI Widodo AS dan SBY. Wiranto menyebut siap mundur dari posisi Menko Polkam seandainya Gus Dur tetap tak menyetujui. SBY yang mendengar kehendak tersebut meminta Wiranto agar tak berkorban sejauh itu.

Setelah tiga hari tanpa hasil, pada pertemuan terakhir Wiranto kembali mengatakan kepada Gus Dur bagaimana orang yang sudah sangat lama menyandang pangkat bintang tiga dan dinilai paling pantas untuk menjabat KSAD tapi ternyata tidak diangkat?

Jika kemudian KSAD akhirnya dipilih orang lebih muda, kata dia, bagaimana dengan SBY sebagai Pati senior? Di sisi lain KSAD merupakan jabatan strategis untuk bintang empat.

“Akan tetapi dengan enteng Presiden menjawab, ‘Ya kasih saja bintang empat.’ Saya jelaskan bintang empat itu sangat terbatas, hanya untuk jabatan Panglima TNI, Wakil Panglima, dan Kepala Staf Angkatan,” ucap Wiranto.

Apa kata Gus Dur? “Kalau begitu, ya carikan saja jabatan,” ucap cucu Pendiri NU Hadratusyaik Hasyim Asyari itu ditirukan Wiranto.

Dalam situasi itu, Wiranto lantas teringat posisi menteri. Jenderal lulusan AMN 1968 ini mengusulkan kepada Gus Dur jika orang terbaik tidak bisa menjadi KSAD, sebaiknya diberikan jabatan menteri. Dalam hal ini, Menteri Pertambangan dan Energi.

Gus Dur setuju dengan usulan tersebut. Namun itu belum selesai. Wiranto perlu menanyakan kepada SBY.

“Saya masih ingat betul, Letjen Susilo Bambang Yudhoyono terhenyak kaget, belum dapat memberikan jawaban langsung. Ia ingin merundingkannya terlebih dahulu dengan keluarga,” tutur jenderal yang selalu berpenampilan rapi ini.

SBY dalam buku ‘SBY Selalu Ada Pilihan’ mengungkapkan kesedihan dan kekecewaannya tak terpilih sebagai KSAD pada 1999 itu meski telah diusulkan langsung oleh Panglima ABRI. Bagi prajurit lulusan Akmil, menjadi pemimpin Angkatan Darat merupakan dambaan besar.

Garda Maeswa dalam ‘Biografi Politik Susilo Bambang Yudhoyono’ menyebutkan ketika akhirnya menerima tawaran sebagai Menteri Pertambangan dan Energi, SBY harus mundur dari militer, sebuah karier yang telah dijalani selama lebih dari tiga dekade.

Menurut Dino Patti Djalal, keluar dari militer merupakan perasaan paling berat SBY. Dalam bukunya ‘Harus Bisa: Seni Memimpin Ala SBY’ digambarkan betapa pria kelahiran 9 September 1949 itu sangat mencintai TNI. Anak tentara itu memang tumbuh dan besar di militer.

“Batin saya berat sekali,” ucap SBY.

Kendati demikian mantan Komandan Brigif Linud 17 Kujang I Divisi 1/Kostrad tersebut menilai apa yang terjadi sebagai takdir Tuhan. Dia menerima dengan lapang dada.

Sejarah mencatat, kelak dia mendapatkan pangkat jenderal kehormatan. Gelar ini diberikan Gus Dur pada 27 Januari 2000 atau saat SBY pensiun. Baca juga: Kian Panas, Kubu Moeldoko Beberkan Deretan Kebohongan SBY

SBY kembali dipercaya sebagai menteri di era Presiden Megawati Soekarnoputri. Setelah itu dia terjun ke politik praktis dengan turut mendirikan dan membangun Partai Demokrat. Dalam pemilu langsung pertama pada 2004, dia menang dan menjabat sebagai Presiden ke-6 RI. {sindo}