News  

Miris! Punya Nikel Berlimpah, Tapi RI Masih Saja Impor Jarum Suntik

RI masih impor jarum suntik dengan jumlah besar. Bahkan, sudah menjadi sorotan Presiden Joko Widodo. Niatnya, alat kesehatan termasuk suntikan sudah bisa di-supply dari dalam negeri, apakah itu memungkinkan?

Diketahui 94% alat kesehatan Indonesia berasal dari luar negeri, hanya sebagian kecil yang sudah bisa dipenuhi dari dalam negeri. Untuk suntikan, ternyata RI sudah bisa merakitnya dalam negeri lho, namun bahan baku kebanyakan masih dari luar negeri.

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Alat Kesehatan dan Laboratorium (Gakeslab) Randy M Teguh, menjelaskan saat ini Indonesia masih melakukan impor untuk jarum suntik. Namun kalau syringe atau alat suntikan sudah bisa diproduksi dalam negeri.

“Harus dibedakan syringe dan jarum suntik. Kalau syringe kita sudah bisa produksi. Tapi kalau jarum suntik kita belum,” jelasnya kepada CNBC indonesia, Selasa (13/1/2022).

Jarum suntik termasuk dalam komponen alat kesehatan, yang saat ini tengah di genjot oleh pemerintah untuk produksi dalam negeri. Dalam hal ini jarum suntik dari stainless steel medical grade yang berasal dari nikel.

“Dalam proses produksi memang yang kita buat secara mandiri hanya bagian plastik, karena kita punya kemampuan itu walaupun biji plastik medical grade juga masih impor meski sudah ada dorongan untuk bikin bahan yang medical grade di Indonesia. Tapi untuk membuat syringe di Indo kita bisa,” jelasnya.

“Kita hanya belum bisa memproduksi jarumnya, itu keseluruhan masih impor. Pemerintah arahannya bahannya itu dibuat dalam negeri terkait stainless steel dari nikel.

Arahan untuk produksi di Indonesia. Kalau presiden bicara mengenai pembatasan mengurangi impor, agendanya itu negara dorong jarum juga dibuat di Indonesia,” tambahnya.

Namun yang jadi masalah adalah bahan baku. Kemampuan memproduksi jarum suntik di Indonesia belum sebaik Jepang dan Jerman. Dimana ada standar ISO yang harus dipenuhi.

“Jadi masalahnya dari bahan baku harus stainless steel yang medical grade, SDM, sama teknologi pembuatan karena itu harus presisi sudut kemiringan hingga lubangnya, harus tajam sekali,” jelasnya.

Menurut Rendy, nilai impor jarum suntik di Indonesia terbilang besar, meski dia belum memegang angka yang spesifik.

“Saat ini komposisi nilai impor (komponen alat kesehatan) masih besar mencapai 82%, turun sedikit dari 90%. Ibaratnya lokalnya hanya 20% itu memang masih gede,” jelasnya.

Sementara untuk data volume produksi syringe atau alat suntikan keseluruhan mulai dari tabung, jarum, hingga kemasan sudah mencapai 1,4 – 1,5 miliar per tahun. Sedangkan kebutuhan mencapai 400 – 500 juta per tahun.

“Makanya ada anggota kita yang sudah ekspor,” jelasnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo sempat menyinggung Indonesia masih kerap memesan jarum suntik dari negara lain alias impor. Padahal RI kaya akan produksi untuk memproduksi jarum suntik, bahkan diklaim memiliki pabrik terbaik.

“Permintaan dunia untuk ini (jarum suntik) mencapai US$ 10 miliar. Indonesia impor banyak sekali tidak tahu berapa juta jarum suntik,” kata Jokowi, dalam sambutan Kompas CEO Forum, Kamis (18/11/2021).

Produk olahan stainless steel ini memang tengah digenjot untuk di ekspor melalui agenda hilirisasi industri dalam negeri. Sejalan dengan keinginan pemerintah menyetop ekspor barang mentah. {cnbc}