Tekno  

Viral! Ghozali Everyday: Orang Semarang Yang Laris Jual 933 Foto Selfie 5 Tahun di OpenSea

Seorang mahasiswa yang diduga asal Semarang laku menjual foto dirinya sendiri sebagai NFT. Koleksi yang diberi nama Ghozali Everyday tersebut berisikan 933 foto selfie Ghozali di depan komputer yang diambil mulai dari 2017 sampai 2021.

“Ini benar-benar foto saya berdiri di depan komputer setiap harinya.”

– Deskripsi Ghozali Everyday di Platform OpenSea

Mungkin jualan ini terkesan sebagai candaan, tapi jangan salah, NFT tersebut ternyata laku keras. Per Rabu (12/1) malam, koleksi foto selfie Ghozali Everyday sudah menampung volume transaksi (traded volume) mencapai 220 Ethereum atau sekitar Rp 10 miliar.

Koleksi NFT Ghozali Everyday dijual di salah satu platform marketplace NFT yaitu OpenSea.

Tim kumparanTECH telah mencoba menghubungi pemilik akun media sosial Ghozali (Ghozali_Ghozalu) namun sampai sekarang belum mendapatkan respons.

Harga awal dari sebuah NFT Ghozali hanya 0.001 Ethereum atau sekitar Rp 50.000. Viralitasnya di komunitas NFT global mendorong harganya mencapai puluhan juta rupiah per foto.

Beberapa dari NFT ini ada yang terjual mencapai 1 Ethereum. Salah satunya adalah item bernama Ghozali_Ghozalu #777. NFT ini hanya foto Ghozali menggunakan kaus hitam berfoto di depan komputer dengan ekspresi datar.

Ethereum sendiri merupakah salah satu mata uang kripto yang sering dimanfaatkan untuk jual beli aset NFT (non-fungible token). Saat ini, satu Ethereum bernilai Rp 48 juta, menurut aplikasi trading uang kripto Indodax.

Pada Senin (10/1), seseorang membeli foto NFT Ghozali Everyday seharga 0,001 Ethereum. Dua hari kemudian, tepatnya Rabu (12/1), user tersebut berhasil menjual kepada pengguna lain dengan harga 1 Ethereum atau senilai Rp 48 juta.

Bagaimana suatu item, seperti foto selfie dalam kasus Ghozali Everyday, bisa dijual dalam bentuk NFT? CEO Kolektibel Pungkas Riandika menjelaskan kepada kumparanTECH, Kamis (13/1), bahwa ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar sebuah NFT dapat terjual.

Pertama ada rarity atau kelangkaan. Ghozali Everyday memiliki 933 foto yang berbeda satu sama lain. Meskipun fotonya sama-sama diambil dari depan komputer, ada beberapa variasi seperti latar belakang, gaya rambut, dan lain sebagainya.

Kedua ada utility atau manfaat. Salah satu maanfaat dari pemegang atau pembeli dari sebuah NFT adalah kesempatan untuk berkumpul dengan orang yang memiliki ketertarikan yang sama. Namun Pungkas menjelaskan bahwa Ghozali Everyday tidak memiliki utility yang terlalu kuat.

Ketiga ada community atau komunitas. Pada akhirnya, komunitaslah yang menentukan apakah sebuah NFT tersebut layak dibeli atau tidak.

Di sinilah keberhasilan Ghozali Everyday viral karena berhasil menyita perhatian masyarakat, yang kemudian masyarakat memutuskan bahwa NFT ini layak untuk dibeli.

” . . . ketika lebih dari ratusan orang yang sepakat bahwa ini (NFT Ghozali Everyday) memang cocok disebut sebagai barang langka digital, apa pun desainnya, it doesn’t matter anymore.” Pungkas Riandika, CEO Kolektibel

Pungkas menambahkan, fenomena Ghozali Everyday yang viral ini langka dan tidak mudah diulang oleh kreator lain. Kondisi tersebut membuat NFT memiliki potensi besar akan digunakan oleh banyak orang di masa depan, meski teknologinya sedang tahap pengambangan. {kumparan}