News  

Fokusmaker Dorong Percepatan Wirausaha di Kalangan Pelajar-Mahasiswa

Salah satu faktor untuk menjadi negara yang maju adalah banyaknya jumlah masyarakat yang menjadi entrepreneur. Setidaknya, Indonesia harus memiliki jumlah pengusaha minimal 10% dari total jumlah penduduknya.

Pada tahun 2020, jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak 3,4% dari total populasi penduduk. Apabila ditotal dari jumlah penduduk yang kurang lebih berkisar sekitar 270 juta jiwa saat ini, jumlah wirausaha nasional mencapai lebih 8 juta jiwa.

Sebenarnya angka ini sudah melampaui standar internasional, yaitu sebesar 2%. Tetapi, kita masih kalah jauh dengan negara-negara tetangga. Misalnya Singapura, saat ini jumlah pelaku wirausahanya sudah mencapai angka 7%, sedangkan Malaysia sebanyak 5% dari total populasinya.

Jika kita coba membandingkan lagi dengan negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika, jumlah pengusaha kita sangat jauh tertinggal, yang di mana jumlah mereka saat ini berada di atas 10%.

Menyambung hal tersebut, Azka Aufary Ramli selaku Sekretaris Jenderal Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) dalam pertemuannya bersama Staf Khusus Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Pradana Indraputra mendorong percepatan penciptaan wirausaha dikalangan anak muda terkhusus pelajar dan mahasiswa untuk terus dikembangkan dan dipermudah segala aksesnya.

Fokusmaker adalah sayap pelajar dan mahasiswa dari organisasi kemasyarakatan Sentra Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI). Dan, SOKSI sendiri adalah salah satu Trikarya yang mendirikan Sekber Golkar dan Partai Golkar

“Saya sangat sepakat untuk mulai ada akselerasi dan penetrasi terhadap penciptaan wirasuaha muda dikalangan pelajar dan mahasiswa, apalagi saat ini iklimnya sedang bagus, saat ini adalah era terbaik untuk memulai sebuah bisnis dan terjun langsung sebagai pelaku wirausaha” tutur Ketua Kompartemen BPD HIPMI ini.

Senada dengan hal tersebut Pradana Indraputra menyampaikan bahwa kami fokus juga terhadap UMKM dalam hal ini pengusaha lokal dan tidak hanya mengurusi perusahaan-perusahaan besar saja. Kami mendorong terciptanya pemerataan dan juga ekonomi yang berkelanjutan.

“Keberpihakan BKPM terhadap pelaku usaha kecil atau UMKM, tidak hanya mengurusi perusahan besar atau asing. Hal ini dibuktikan dengan adanya Program kemitraan yang sudah berjalan dua tahun. Pada tahun 2021, total amount 2,7 trilyun dari potensi kontrak, yang diberikan oleh perusahaan besar terhadap UMKM lokal disekitarnya.” Ujar Pradana.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) juga sangat berharap kepada anak muda dan calon-calon pengusaha untuk mulai terjun menjadi pengusaha dan mengformalkan usahanya. Anak muda terkhusus Pelajar dan Mahasiswa perlu menyadari bahwa akses informasi sudah sangat terbuka dan harus dimanfaatkan.

“Sudah rahasia umum kalau kita punya bonus demografi dan akses informasi sudah sangat terbuka. Pemerintah membuka mata kesana, sehingga melalui akses perizinan dan kemitraan, serta anggaran pun kita buka. Jadi saatnyalah jadi pengusaha, tidak ada alasan lagi untuk teman-teman untuk tidak berani untuk menjadi mencoba.” Tambah Pradana.

Memulai berbisnis pasa usia muda merupakan waktu terbaik, karena kita benar-benar bisa mengambil resiko, tanpa harus takut berlebihan.

Apalagi saat ini segalanya sudah dimudahkan oleh pemerintah. Kebijakan pemerintah seperti anggaran pemerintah pusat, daerah, dan BUMN 30-40% harus deberikan kepada UMKM, area komersil 30% juga harus diberikan kepada UMKM, serta target kredit rasio diberkan menjadi 30%.

“Saat ini kita memasuki window of opportunity, yaitu bonus demografi. kita bisa meniru negara-negara yang telah berhasil memanfaatkan momentum baik ini, dengan menggerakkan para generasi mudanya untuk mandiri melalui wirausaha.” Ujar Pengusaha Muda ini.

Menurut Azka, semangat berwirausaha pada usia muda merupakan virus positif, yang harus terus ditularkan. Memulai bisnis di usia muda adalah salah satu jalan yang mulia, apalagi dengan hadirnya sebuah bisnis dapat membuka lapangan pekerjaan yang baru, dan dapat menekan jumlah pengangguran, yang semakin banyak akibat dampak dari pandemi.

“Dengan dukungan teknologi, bisnis apa saja bisa jauh lebih cepat untuk mencari pasar, contoh dengan berjualan di media sosial ataupun di marketplace. Sehingga kita tidak sekedar ikut acara-acara seminar kewirausahaan, yang biasanya sangat laris manis diminati oleh anak muda, tetapi juga benar-benar terjun serta mengaplikasikan ilmunya. Menjadi generasi penentu, harus bisa berdikari serta mandiri, dan salah satu caranya adalah dengan menjadi pengusaha.” Tambah Ketua BPC HIPPI ini. [golkarpedia]