52 Pemain dan 16 Ofisial Dari 12 Tim Terjangkit COVID-19, PT LIB Akui Lalai

Persebaran virus Covid-19 di Liga 1 kian meluas. Sampai kemarin (1/2), sesuai data yang dikeluarkan PT Liga Indonesia Baru selaku operator kompetisi, tercatat 68 orang yang terlibat harus melakukan isolasi mandiri karena hasil tes PCR positif. Ke-68 orang itu terdiri atas 52 pemain dan 16 ofisial dari 12 tim kontestan Liga 1.

Tingginya angka persebaran itu juga yang membuat laga Persipura melawan Madura United di Stadion Kompyang Sujana, Denpasar, kemarin sore ditunda. Hal itu disebabkan ada 19 pemain dan 5 ofisial Madura United yang positif Covid-19.

’’Kami menunda pertandingan berdasar pasal 52 ayat 7 regulasi Liga 1,’’ kata Direktur Operasional LIB Sudjarno.

Pasal 52 ayat 7 menyebutkan, jika dalam keadaan luar biasa, di mana setelah swab test rapid antigen pada hari pertandingan membuat klub yang bertanding hanya menyisakan 14 pemain, termasuk salah satunya penjaga gawang, maka LIB dan PSSI akan melakukan rapat darurat.

Rapat yang dimaksud sudah dilakukan pada 31 Januari malam setelah LIB melakukan manager meeting dengan 18 klub. ’’Keputusannya kami menunda pertandingan,’’ paparnya.

Untuk jadwal susulan, Sudjarno menyebut segera melakukan pengkajian. Bakal memutuskan kapan laga Persipura melawan Madura United digelar.

’’Memang harus berakhir Maret. Tapi, nanti kalau lewat karena adanya kasus ini, kami akan segera lakukan manager meeting bagaimana nantinya,’’ ungkapnya.

Sudjarno mengakui ada kelalaian dari LIB atas melonjaknya kasus Covid-19. Salah satunya adalah sistem yang digunakan adalah semi-bubble.

Di mana 18 klub peserta tidak digabungkan menjadi satu hotel dengan pengawasan ketat. Malah, dibiarkan menginap di hotel terpisah yang gabung bersama pengunjung lainnya.

Dia menambahkan, sistem semi-bubble dipakai dengan alasan durasi kompetisi panjang. Tidak bisa disamakan dengan apa yang dilakukan Singapura ketika menyelenggarakan Piala AFF 2020 akhir tahun lalu.

’’Kompetisi panjang 9 bulan dengan adanya jeda, tidak mungkin kami atur karena bagian dari semi-bubble,’’ tuturnya.

Agar tidak terulang adanya lonjakan kasus, LIB sudah bersurat kepada 18 klub Liga 1. Meminta klub mengawasi pemain dengan ketat. Melarang berkerumun dan mendatangi party-party di luar agenda klub.

’’Manajemen klub memang harus dominan mengawasi. Karena apa? Kalau pemain tidak bisa bermain, yang rugi kan klubnya,’’ bebernya.

LIB juga tidak tinggal diam. Ke depan, ada rencana untuk bekerja sama dengan pemuda-pemuda lokal/pecalang untuk mengawasi sekitar hotel tempat menginap tim. ’’Tapi, kami harus ajukan perizinan dulu. Karena selama ini pecalang kan hanya ada di sekitar stadion saja,’’ tuturnya.

Sudjarno menambahkan, klub-klub yang pemainnya banyak terkena Covid-19 bisa memanggil pemain mudanya untuk bertanding. Asalkan terdaftar di BRI Liga 1. ’’Jadi, tidak mengganggu jadwal selanjutnya. Youth team yang tidak dibawa ke Bali bisa dipanggil,’’ terangnya.

Sementara itu, Satgas Prokes PSSI-LIB dr Alfan Nur Asyhar mengatakan, pemain atau ofisial yang terindikasi terkena varian Omicron kebanyakan bergejala ringan. Bahkan, ada kasus beberapa pemain justru tanpa gejala.

’’Syukur sampai hari ini tidak ada yang membutuhkan tingkat emergency tinggi. Hanya obat-obatan dan suplemen saja,’’ ujarnya.

Untuk vaksinasi booster kepada peserta Liga 1, pihaknya sudah berbicara dengan dinas kesehatan di Bali. Dia masih mengumpulkan informasi vaksin pertama dan kedua apa saja yang sudah diberikan kepada pemain dan ofisial. ’’Kami juga melihat jangka waktu,’’ tutur Alfan.

Jangka waktu yang dimaksud adalah jadwal pertandingan. Di seri keempat kali ini, jadwal pertandingan sangat padat. Ditakutkan, pemberian booster ke pemain justru akan merugikan tim. ’’Karena kan pasti ada efek samping. Tidak enak badan, akhirnya tidak bisa latihan dan bertanding,’’ jelasnya. {JP}