News  

Aksi Tolak Tambang di Parigi Moutong Bentrok Dengan Polisi, 1 Warga Tewas Puluhan Ditangkap

Puluhan warga diamankan polisi usai aksi unjuk rasa penolakan tambang yang berujung bentrok dengan aparat, Sabtu malam (12/2), di Desa Katulistiwa, Kecamatan Tinombo Selatan, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah.

Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Inspektur Jenderal Polisi Rudy Sufahriadi di hadapan sejumlah wartawan, Minggu (13/2), mengatakan akan mengambil tindakan hukum bagi siapa saja yang diduga memicu bentrokan itu.

Pihaknya akan menyelidiki bila terdapat kesalahan prosuder dalam tindakan kepolisian yang mengakibatkan korban jiwa itu.

“Tadi malam kami melakukan tindakan penindakan atas penutupan jalan yang dilakukan masyarakat Kasimbar. Mereka meminta Gubernur Sulteng datang untuk menutup tambang PT Trio Kencana.

Namun, Gubernur belum sempat datang. Kapolres Parigi Moutong melakukan negosiasi karena itu adalah jalan Trans Sulawesi. Dari jam 12 malam sampai jam 12 malam penutupan jalan,” kata mantan Kapolda Jawa Barat ini.

Berdasarkan hal itu kata Kapolda, Kepolisian kemudian mengambil tindakan terukur dan terarah sesuai prosedur yang berlaku di kepolisian, namun ternyata ada satu korban.

“Hari ini saya akan ke sana untuk melihat itu. Siapa pun yang bersalah akan diambil tindakan hukum. Bila ada anggota yang bersalah melakukan tindakan pengamanan unjuk rasa itu, kita akan mengambil tindakan sesuai yang aturan yang berlaku,” tandasnya.

Sementara itu, Kapolres Parimo, AKBP Yudy Arto Wiyono saat ditemui usai aksi demo di Desa Katulistiwa, Minggu,(13/2), mengatakan, mereka yang diamankan tersebut ketika polisi berhasil memukul mundur para pengunjuk rasa.

Polisi juga berhasil mengamankan sejumlah barang bukti berupa satu unit mobil truk, puluhan sepeda motor yang diduga digunakan oleh para demonstran.

Saat polisi memukul mundur demonstran karena memblokade jalur Trans Sulawesi hingga beberapa jam tersebut katanya, menyebabkan seorang demonstran meninggal dunia akibat luka di bagian perut.

“Kalau soal ada yang meninggal dunia itu belum tau, nanti kami cek dulu yah. Karena yang bawa korban itu tadi bukan anggota, tapi masyarakat naik motor,” ujarnya.

Namun Yudi menjelaskan, saat menghalau massa aksi, aparat kepolisian hanya menggunakan gas air mata dan water canon. Bahkan, aparat hanya fokus pada lokasi para pengunjuk rasa melaksanakan aksinya.

“Itu bukan luka tembak tapi luka seperti tertusuk. Tapi belum saya pastikan, kita kan halau massa arahnya ke sini saja, dan tidak bergeser ke mana dan lain sebagainya,” ujarnya.

Dalam insiden tersebut, seorang aparat kepolisian juga dilaporkan mengalami patah di bagian tangan. {kumparan}