Elon Musk membeli 9,2 persen saham Twitter. Menurut dokumen dari Komisi Sekuritas dan Bursa 13G yang dirilis Senin (4/4), Musk memiliki 73.486.938 saham Twitter.
Berdasarkan harga penutupan Twitter pada Jumat (1/4), saham disebut bernilai US$2,89 miliar atau sekitar Rp41,44 triliun. Pembelian saham tersebut menobatkan Musk menjadi pemilik saham terbesar Twitter dari pihak luar.
Pembelian saham Twitter oleh bos Tesla dan SpaceX itu bocor dari dokumen keterbukaan informasi seperti dilansir dari CNN, Senin (4/4).
Informasi kepemilikan saham twitter oleh Elon Musk ini cukup mengejutkan. Sebab, beberapa hari sebelumnya Musk memiliki wacana akan membuat media sosial karena menilai twitter mengekang kebebasan berbicara.
Praktis kabar ini membuat harga saham perusahaan ini melonjak hingga sekitar 20 persen. Membuatnya kini bernilai sekitar US$3,5 juta atau Rp50,17 triliun.
Musk membeli saham Twitter kurang dari dua pekan setelah mengkritik perusahaan tersebut lewat sebuah polling yang mempertanyakan apakah Twitter mematuhi prinsip kebebasan berbicara atau tidak.
“Mengingat Twitter berfungsi sebagai alun-alun kota publik secara de facto, gagal mematuhi prinsip-prinsip kebebasan berbicara secara fundamental merusak demokrasi,” ujar Musk dalam cuitannya, Minggu (27/3).
“Apa yang harus dilakukan?” tambahnya.
Setiap kali investor membeli saham sebuah perusahaan, mereka harus mengungkapkan pembeliannya dalam sebuah dokumen ke Komisi Keamanan dan Perdagangan.
Meskipun saham kurang dari 10 persen di sebuah perusahaan dianggap “pasif” di mata Wall Street, hal ini disebut bisa menandakan upaya Musk untuk mengambil peran lebih aktif dalam menjalankan Twitter.
Meski demikian, dalam dokumen 13G tidak dijelaskan apa alasan Musk membeli saham Twitter atau apa rencananya dengan perusahaan ini.
“Saya pikir dia berniat untuk aktif dan memaksakan perubahan di Twitter,” kata Dan Ives, analis teknologi Wedbush Securities.
“Ini adalah kesempatan bagi dewan direksi dan tim manajemen Twitter untuk memulai diskusi,” tambahnya.
Namun Ives mengatakan agak tidak realistis bagi Musk atau siapa pun untuk mencoba membangun platform baru yang bersaing dari awal dengan Twitter. Sehingga lebih masuk akal baginya untuk mencoba mengubah praktik di Twitter itu sendiri.
Sebelumnya muncul wacana Musk ingin mengembangkan platform media sosialnya sendiri karena Twitter dianggap tidak dapat mengakomodir prinsip-prinsip kebebasan berbicara. {cnn}