Depok Menjadi Kota Paling Intoleran, Farabi Arafiq Angkat Bicara

Intoleransi merupakan penyakit bagi bangsa ini. Intoleransi menyebabkan terpecahnya kerukunan rakyat Indonesia yang terdiri dari enam agama yang diakui pemerintah, ribuan suku bangsa dan berbagai macam perbedaan lainnya.

Ini harusnya menjadi ciri khas keunggulan bangsa Indonesia, tetapi belakangan malah menjadi pemicu dari konflik.

Karenanya banyak lembaga akademik dan riset yang mengadakan penelitian tentang wilayah yang terpapar intoleransi di Indonesia. Salah satunya adalah lembaga Setara Institute.

Belum lama ini (31/03/2022) Setara Institute melakukan rilis publikasi mengenai hasil penelitian tentang Kota Paling Intoleran di Indonesia.

Hasil dari penelitian itu menempatkan Kota Depok sebagai kota paling Intoleran di Indonesia. Menanggapi hal ini, Ketua DPD Golkar Kota Depok, Farabi Arafiq meminta semua pihak untuk instropeksi diri, termasuk yang utamanya adalah Pemerintah Kota Depok.

“Saya tidak ingin menyalahkan siapapun terhadap hal ini, yang pasti seluruh pihak terkait, baik stakeholder ataupun shareholder di Kota Depok untuk instropeksi diri. Jika hasil penelitian itu benar, maka ini menjadi momentum bagi Kota Depok berbenah diri,” ungkapnya dalam wawancara dengan redaksi Golkarpedia.com (10/04/2020).

Menurut Farabi Arafiq, intoleransi terjadi akibat adanya ketertutupan. Di Kota Depok, katanya pemerintah perlu lebih terbuka terkait dengan semua masukan, gagasan dan ide dari masyarakat tanpa membedakan kelompok, agama maupun etnis.

“Pemerintah Kota Depok perlu lebih terbuka lagi terhadap masukkan. Di Kota Depok, Partai Golkar sebagai oposisi melihat ini sebagai kesempatan yang baik bagi pemerintah melibatkan seluruh pihak untuk berdiskusi,

termasuk dengan pihak Setara Institute yang menyebut Kota Depok sebagai kota intoleran di Indonesia. Ini agar adil bagi kedua belah pihak,” ucap Farabi Arafiq.

“Karena ada pembelaan dari pihak pemerintah yang menggugat mengenai indikator serta pertimbangan akademis sehingga menempatkan Kota Depok sebagai kota intoleran. Pihak Setara Institute juga perlu menjelaskan. Intinya perlu digelar diskusi secara ilmiah antara kedua pihak dengan melibatkan seluruh pihak di Kota Depok,” sambungnya lagi.

Dalam kesempatan itu, Farabi juga menyebutkan bahwa Partai Golkar di Kota Depok mendukung penuh toleransi. Ia menghendaki Kota Depok dapat menjadi rumah yang nyaman bagi berbagai pihak tanpa harus membedakan suku, agama, ras atau apapun.

“Partai Golkar sebagai partai tengah, sangat toleran dengan keberagaman. Apalagi di Kota Depok, kami (Partai Golkar) sangat terbuka terhadap agama atau golongan apapun yang ingin bergabung. Partai Golkar adalah tempat bernaung dan berteduh semua kalangan dan semua agama.

Untuk itu saya menyerukan jika penelitian itu benar adanya, Pemerintah Kota Depok dapat mencontoh serta menjadi mitra strategis Partai Golkar Kota Depok dalam mengembangkan toleransi di kota tercinta ini,” pungkasnya mengakhiri pembicaraan.

Menurut Setara Institute, kondisi intoleransi di Kota Depok dipengaruhi oleh proses segregasi atau pemisahan kelompok yang terjadi selama 20 tahun terakhir.

Salah satu segregasi yang terjadi di Depok ialah pengaturan ruang publik berbasis agama, seperti pembangunan kawasan perumahan yang dikhususkan untuk agama tertentu.

Selain Kota Depok, ada sembilan kota lain yang mendapat predikat sebagai kota paling intoleran di Indonesia.

Pertama Kota Depok dengan skor 3,577, kedua Banda Aceh skor 4,043, lalu Cilegon 4,087, Kota Pariaman 4,233, diikuti Kota Langsa 4,363, Sabang 4,373, Padang Panjang 4,440, Padang 4,460, Pekanbaru 4,497, terakhir Makassar dengan skor 4,517. {redaksi}