News  

Pembakaran Al-Quran di Swedia, Ketua Pengajian Al-Hidayah Kecam Tindakan Provokatif Politisi Negeri Viking

Bulan Ramadhan tahun 2022 ini tampaknya menjadi ujian kesabaran tersendiri bagi Umat Islam di belahan dunia manapun. Persoalan penyerangan tentara Zionis Israel ke dalam Masjid Al-Aqsa belum usai, kini muncul isu lain mengenai pembakaran Al-Quran yang terjadi di Swedia.

Sayangnya, di negeri Viking yang terkenal bar-bar tersebut, persoalan pembakaran kitab suci umat Islam, Al-Quran dianggap sebagai angin lalu oleh Pemerintah Swedia.

Pelaku pembakaran Al-Quran di Swedia sendiri bukanlah dilakukan oleh orang awam, tetapi politisi sayap kanan Swedia, Rasmus Paludan pada Sabtu (16/4/2022).

Peristiwa pembakaran Al-Quran di Swedia ini mendapat kecaman keras dari berbagai pihak di Indonesia, salah satunya adalah Ketua Umum DPP Pengajian Al-Hidayah, Hetifah Sjaifudian.

Perempuan yang juga merupakan politisi Partai Golkar ini mengutuk kejadian tersebut dan menyebutnya tindakan penistaan yang memalukan.

“Pembakaran salinan Al Quran oleh Ketua Partai Sayap Kanan Garis Keras Denmark, Ramus Paludan, secara sengaja dan demonstratif di wilayah penduduk Muslim Swedia, jelas ini tindakan penistaan terhadap agama dan keyakinan orang lain,” ungkap Hetifah Sjaifudian kepada redaksi Golkarpedia.com.

Ditambahkan Hetifah Sjaifudian, apa yang dilakukan oleh Ramus Paludan merupakan tindakan provokatif. Hal tersebut tentu akan memancing amarah Umat Islam, tidak hanya di Swedia, tetapi di belahan dunia lain, termasuk di Indonesia.

“Saya menyesalkan dan mengecam tindakan tersebut dengan apapun alasannya, termasuk alasan kebebasan mengekspresikan pendapat. Ini adalah bentuk provokasi yang membahayakan,” ujar Anggota DPR Fraksi Golkar ini.

Dengan kearifan, dan kerendahan hatinya, Ketua Umum DPP Pengajian Al-Hidayah ini mengimbau kepada masyarakat Indonesia yang berada di Swedia untuk tidak terhasut dengan tindakan provokatif Ramus Paludan.

“Walau begitu, saya menghimbau warga Indonesia Muslim di Swedia untuk tidak terhasut dengan provokasi yang tidak bertanggung jawab dari Ramus Maludan tersebut. Hati-hati dalam melangkah, jangan terpancing melakukan tindakan yang di luar koridor hukum,” pungkas Hetifah Sjaifudian.

Persoalan pembakaran Al-Quran dan penistaan Agama Islam di belahan bumi Eropa bukan merupakan kali pertama terjadi. Bumi Eropa yang katanya menjunjung tinggi peradaban tersebut nyatanya bukan tempat yang baik untuk mencontohkan toleransi serta peradaban modern.

Sebelumnya, selain kejadian di Swedia baru-baru ini, penistaan agama juga terjadi di Swedia pada Oktober 2020 dengan pembakaran Al-Quran dan pelakunya juga adalah orang yang sama yakni Rasmus Paludan, sebelumnya pada tahun 2015 Charlie Hebdo di Prancis juga melakukan penistaan agama dengan menggambar karikatur Nabi Muhammad yang bernada negatif.