Seiring dengan semakin melandainya kasus pandemi Covid-19 saat ini, aktivitas masyarakat di berbagai bidang juga semakin terlihat, termasuk dalam melakukan gelaran budaya di berbagai daerah. Sebagai cerminan kearifan lokal, gelaran budaya yang dilangsungkan juga mampu memicu kembali pulihnya perekonomian masyarakat. Salah satu gelaran budaya tersebut yakni Kirab Budaya Gunung Apem yang diselenggarakan di Jatinom, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.
Menurut penuturan salah seorang sesepuh kegiatan yakni Kanjeng Raden Tumenggung Muhammad Darianto Rekso Hastonodipuro, kirab tersebut dimaksudkan untuk menjadi media dalam merayakan dan mengenang tradisi yang diajarkan oleh Kyahi Ageng Gribig yaitu dakwah melalui budaya.
Budaya yang dimaksud yakni andum atau berbagi ampunan kepada sesama manusia yang kemudian disimbolkan secara fisik dengan pembagian apem kepada masyarakat.
Tradisi andum apem sendiri sudah dimulai sejak 403 tahun lalu, namun untuk kegiatan kirab baru dilangsungkan sejak tahun 1985 seiring dengan bertambahnya jumlah peziarah di makam Kyahi Ageng Gribig. Puncak acara dari budaya andum apem ini yakni dengan membagikan 4 hingga 5 ton apem kepada seluruh masyarakat sebagai simbol kebajikan dalam memberikan sedekah kepada sesama.
Untuk ikut serta menjaga tradisi dan menghormati budaya warisan leluhur, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berkesempatan menghadiri acara zikir dan sholawat yang sekaligus sebagai Haul Kyahi Ageng Gribig bersama ribuan masyarakat dan diselenggarakan setelah Kirab Budaya Gunung Apem selesai dilaksanakan, Kamis (16/09).
Saat menyampaikan sambutan, Menko Airlangga menuturkan bahwa tradisi pembagian apem atau lebih dikenal dengan Saparan Apem Yaa Qowiyyu tersebut merupakan inovasi strategi dakwah unik yang dilakukan Kyahi Ageng Gribig dengan membagikan apem kepada masyarakat sembari membaca wirit yaa qowiyyu. Tradisi ini mengandung nilai-nilai yang dapat menjadi pedoman garis perjuangan bagi masyarakat dalam mengemban amanah.
“Nilai yang diajarkan Kyahi Ageng Gribig senantiasa menjadi nilai bagi kita karena apem sendiri mempunyai filosofi yakni A untuk akar sejarah yang kuat guna menjaga tradisi budaya dan warisan pahlawan bangsa, P untuk persatuan dan kesatuan guna menjaga dan menanamkan nilai toleransi, kerukunan, dan kebhinekaan, E untuk ekonomi kerakyatan sehingga pembangunan ekonomi harus ditujukan untuk kesejahteraan rakyat, dan M untuk masyarakat maju, beragama, berakhlakul karimah, dan maju secara ilmu pengetahuan,” tutur Menko Airlangga.
Dalam kegiatan yang juga diwarnai dengan lantunan zikir dan sholawat oleh Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf serta tausyiah oleh KH. Agoes Ali Masyhuri tersebut, Menko Airlangga juga menyampaikan kepada masyarakat bahwa kegiatan haul, dzikir, dan shalawat yang dilaksanakan juga mengandung nilai religiusitas dan dimensi kebudayaan yang tercermin dari penyampaian nilai-nilai keislaman dengan unsur keadaban kepada masyarakat, sehingga dapat mendorong terciptanya masyarakat yang ramah, santun, dan damai.
“Kegiatan malam ini merupakan bagian dari merawat tradisi kebudayaan yang turun-temurun dalam rangka mengenang dan meneruskan tradisi Kyahi Ageng Gribig dengan penyampaian dakwahnya yang penuh kelembutan, ramah, tegas, serta efektif menyentuh hati masyarakat,” pungkas Menko Airlangga.
Terakhir, Menko Airlangga juga berharap bahwa kegiatan Kirab Budaya Gunung Apem dan Haul Ki Ageng Gibig dapat terlaksana setiap tahunnya guna menjaga kelestarian budaya kemasyarakatan serta sebagai bentuk takzim atau penghormatan kepada para leluhur yang telah berjasa dalam pengembangan agama dan budaya.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut antara lain Anggota DPR RI, Bupati Klaten, Wakil Bupati Klaten, Ketua Umum PB NU, Ketua PW NU Jawa Tengah, Ketua PC NU Klaten, Ketua PC NU Solo, serta sejumlah ulama. {golkarpedia}