News  

JK Sebut KTT G20 Bali Pertemuan Paling Ribet dan Dilematis, Ini Alasannya

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan bahwa menyadari pertemuan G20 nanti adalah pertemuan yang paling dilematis dan mungkin yang paling ribet.

Hal itu diungkapkan saal menjadi keynote speeker dalam diskusi panel yang diadakan Universitas Paramadina dan Konrad Adenauer Stiftung (KAS), Jerman dengan tajuk Global Economy: Reflections and Challenges for Indonesia post G20 Presidency pada hari Rabu (2/22/2022) bertempat di Hotel JS Luwansa, Jakarta.

Diskusi panel ini membahas tentang refleksi ekonomi Indonesia di tengah tekanan ekonomi dunia akibat pandemi Covid-19 serta perang Rusia dan Ukraina yang mengakibatkan krisis pangan dunia. Diskusi ini pun menyoroti tantangan ekonomi Indonesia sebagai tuan rumah G20 serta dalam menyongsong pemilu 2024.

Diskusi panel menghadirkan beberapa ekonom di antaranya Prof. Bambang Brojonegoro (Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan/ Kepala BRIN (2019-2021), Wijanto Samirin (Staf Khusus Bidang Ekonomi Wakil Presiden RI periode 2014-2019/ Ekonom Senior Universitas Paramadina) , Eddi Danusaputro (CEO PT BNI Modal Ventura) dan Prima Naomi (Dosen Senior Universitas Paramadina), dan dimoderatori oleh Dr. Iin Mayasari (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Paramadina).

JK menyebut kemungkinan adanya banyak kendala karena adanya perang Rusia-Ukarina. Pertentangan Amerika, Rusia dan terakhir dengan Saudi. Adanya saling embargo Rusia dengan negara-negara Eropa hingga terjadilah krisis ekonomi di eropa.

“Kita bersyukur dihadiri seluruh pemimpin negara-negara G20, kita berharap agar Indonesia bisa mendamaikan pimpinan-pimpinan negara, Putin-Biden dsb. Walaupun saya yakin ini bukan pekerjaan mudah,” kata JK.

Namun akibat konflik-konflik antar negara ini dan kebijakan-kebijakan bukan hanya di Rusia dan Ukraina juga China, Jepang, Amerika, korea selatan dan utara itu juga bagian di Asia timur yang memberi dampak kepada ekonomi kewilayahan.

“Namun di asia tenggara relatif jauh termasuk indonesia. Karena itu kalau kita lihat ramalan Worldbank, Vietnam bisa tumbuh 7,5%, Filipina 6,5-7%, malaysia 6,4%, Indonesia 5%. Jadi di ASEAN kita nomor 4, artinya kita mempunyai peluang lebih baik lagi. Itu Artinya ada peluang dari krisis energi, krisis pangan di dunia justru memberikan suatu kebutuhan yang dapat kita berikan,” imbuhnya.

Menurut JK, dimanapun terjadi suatu krisis di suatu wilayah itu bisa memberikan manfaat apabila negara itu mampu mengisi kebutuhan itu.

“Jadi jangan dianggap krisis dunia itu merupakan krisis keseluruhan, ada yang mengambil manfaat, Vietnam mengambil manfaat, Filipina, kenapa kita tidak? Berarti ada harus evaluasi kebijakan kita sehingga kita bisa dapat. Saya yakin resesi dunia tidak banyak menyentuh Asia tenggara. Karena kita cukup listrik berlebih untuk PLN, harga batubara naik. Kita baru swasembada pangan beras diberi penghargaan. Itu artinya kita tidak memiliki 2 masalah yang menyebabkan resesi negara-negara eropa,” jelas JK.

“Pengalaman krisis keuangan perekonomian Amerika jatuh. tapi kita masih tumbuh 4,5% turun dari 6, tapi dalam 1 tahun kembali naik. Jadi ekonomi dunia tidak berarti semua ekonomi tersambung. Karena itu saya mengatakan jangan pesismis, mari kita optimis. Justru dari krisis itu kita mengambil manfaat mendukung dunia dengan mengambil manfaat ekonominya,” papar JK.

 

Lebih lanjut JK menyarankan bahwa kita harus mempunyai hubungan baik dengan bangsa lain, perjanjian perdagangan harus cepat, jangan ketinggalan mengambil manfaatnya seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, karena kita jauh lebih baik Sumber Daya Alam kita jauh lebih baik.

“Berarti kebijakan kita, kebijakan keungan, moneter, investasi, energi, harus kita perbaiki. Hukum yang menyebabkan orang khawatir untuk investasi harus serius kita perbaiki,” pungkasnya.(Sumber)