Kisruh Internal SOKSI, Mahadi: DPP Partai Golkar Harus Amputasi Sumber Masalah

Penyelenggaran Munas XI Riau oleh mereka yang menamakan diri “SOKSI” pada 9-11 Desember 2022 dinilai gagal terlaksana. Munas sebagai wadah pengambilan keputusan tertinggsi organisasi sekaligus hajatan nasional organisasi per 5 tahun, seharusnua ajang silaturahmi nasional kader SOKSI se Indonesia. Dihadiri oleh Ketua Partai Golkar dan Tokoh–tokoh penting Partai Golkar lainnya, dilaksanakan secara khidmat dan gegap gempita.

Apa yang terjadi di Munas XI Riau adalah kebalikan, minimnya peserta dan diyakini tidak adanya keterwakilan Dewan Pimpinan Daerah (DEPIDAR) masing-masing provinsi. Menurut Wabendum Depinas SOKSI, Mahadi Nasution, absennya Ketua Umum DPP Partai Golkar di acara tersebut sinyal pasti, menandakan bahwa DPP Partai Golkar tidak memiliki respect sama sekali kepada mereka yang menamakan diri “SOKSI” itu.

“Layaknya sebuah Munas pasti ada kriteria tertentu untuk bisa disebut Munas. Minimnya peserta dipastikan tidak adanya keterwakilan masing-masing Dewan Pimpinan Daerah. Jika begini apakah layak dan sah disebut Munas sebagai wadah pengambilan keputusan tertinggi organisasi? Selain itu Ketua Umum Partai Golkar tidak hadir, Pak Gubernur yang juga merupakan Ketua DPD I Partai Golkar Provinsi Riau juga absen di acara tesebut, jadi tidak layak disebut Munas hanya kongkow bareng, mungkin mereka nobar piala dunia” sindir Mahadi.

“Kami kader SOKSI se Indonesia menyebut mereka ini Amuba, berkembang biak dengan memisahkan diri dari inangnya tapi menjadi sebuah penyakit, layaknya penyakit memang harus disembuhkan, disadarkan agar Kembali ke jalan yang benar, jadi Kami ingatkan untuk segera sadar diri, jangan terlalu memaksakan dengan segala keterbatasan yang dimiliki.” Tutur Mahadi.

Mahadi juga menanggapi berita oleh Anshari Wiriasaputra berjudul “Kami Peringatkan Misbakhun dkk Jangan Pengecut dan Ganggu SOKSI” di portal berita soksimedi.com adalah narasi berita yang tidak bermutu.

“Saya melihat foto Anshari di berita tersebut jadi salfok dengan baliho mereka, terpampang foto Pahlawan Nasional Jenderal Ahmad Yani dengan keterangan dibawahnya Pendiri Utama SOKSI. Dari sekian banyak literatur SOKSI yang saya baca tidak ada yang namanya Pendiri Utama, yang ada hanya Bapak Pendiri SOKSI Prof. Dr. Suhardiman, S.E. (16 Desember 1924 – 13 Desember 2015). Upaya pengkaburan fakta sejarah SOKSI memang kerap dilakukan oleh gerombolan ini.” Tegasnya.

Mahadi juga menambahkan kekisruhan internal SOKSI beberapa hari ini sudah masuk ranah konsumsi publik. “DPP Partai Golkar akan segara mengambil tindakan, sangat disayangkan Pelaksanaan Munas XI Riau tamparan terhadap wajah Partai Golkar. Publik akan melihat disharmoni di internal partai, Golkar sebagai partai modern sudah seharusnya mengamputasi sumber penyakit ini,” pinta Mahadi.

Mahadi mengutip salah satu strategi Sun Tzu dalam penyelesaian konflik internal organisasi ‘Pohon Prem Dikorbankan Untuk Pohon Persik’. “Strategi ini disebut juga mengorbankan perak untuk mendapatkan emas, apalagi SOKSI Amuba ini bukan perak, DPP Partai Golkar pasti mengamputasi mereka” pungkas Mahadi Nasution. {golkarpedia}