Ridwan Kamil, The Next Performer From Theatre Of Yellow

Bukan Yellow Theatre, tapi Theatre of Yellow, mirip Theatre of Dream milik Manchester United di Old Trafford sana. Begitulah penggambaran Partai Golkar bagi para politisi kawakan yang hendak masuk gelanggang pertarungan kontestasi politik. Partai Golkar adalah rumah besar yang menyediakan mimpi, perjuangan sekaligus tempat menumbuhkan harapan.

Tak heran jika kemudian politisi sekaliber Ridwan Kamil memilih Partai Golkar sebagai tempatnya berkiprah setelah sekian lama berpolitik tanpa kendaraan partai. Ada harapan yang hendak dibangun oleh Ridwan Kamil ke depan, mengenai bagaimana rakyat bisa sejahtera, hidup berkeadilan dan penuh kesentosaan.

Tentu pilihan Ridwan Kamil masuk Partai Golkar sudah secara matang ia pertimbangkan. Dari sekian banyak partai yang meliriknya, Partai Golkar menyediakan hal yang tak dimiliki oleh partai lain, yakni kesempatan yang sama.

Partai Golkar tidak dimiliki oleh orang per orang, bukan partai keluarga, apalagi partai yang menjual nama nenek moyang. Partai ini berdiri atas semangat menjadikan politik sebagai alat mensejahterakan rakyat. Pada awal pendiriannya, saluran politik sektoral masuk pada kelompok Golongan Karya.

Ada kelompok buruh, pekerja, petani, pemuka agama, pengusaha dan lainnya. Semua memiliki kapasitas politik masing-masing. Meski memiliki sumber daya modal, pengusaha yang ada di Partai Golkar tidak merasa dirinya lebih tinggi dibanding kelompok petani. Keberadaan mereka saling membutuhkan, simbiosis mutualisme berbekal visi yang serupa.

Bagi Ridwan Kamil, karir politiknya tergaransi di Partai Golkar, ia bisa bebas berkiprah dan berekspresi tanpa takut ada intervensi politik yang berlebihan. Figur seperti Ridwan Kamil dan Susi Pudjiastuti memang sosok-sosok yang tidak betah dalam aturan mengikat, apalagi jika mereka memiliki visi politik sendiri di kepalanya, lantas bertentangan dengan pemilik partai. Bukan itu yang mereka inginkan.

Ridwan Kamil adalah sosok progresif, ia bisa melihat ke arah mana bandul politik akan melekat nantinya. Memiliki basis suara akar rumput yang kuat dan organisasi yang sudah matang, Partai Golkar pasti akan memberi sumbangsihnya bagi karir politik pria yang kini menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat itu.

Selain Ridwan Kamil, sejak tahun 2022 sampai awal 2023 ini, sudah banyak politisi partai lain yang menyeberang ke Partai Golkar, sebagian merupakan nama tenar. Sebut saja, Sahrul Gunawan pesohor yang menjabat sebagai Wakil Bupati Bandung, ia pindah dari Nasdem ke Partai Golkar. Lalu ada nama Soekarwo, mantan Gubernur Jatim yang pindah dari Partai Demokrat ke Partai Golkar.

Sebelumnya, ada pula nama mantan kiper Timnas Indonesia Markus Horison yang mencoba peruntungan politik di Partai Golkar, lalu Wanda Hamidah, Bayu Airlangga, Sultan Djorghi, Dosmar Banjarnahor, Ilham Arief Sirajuddin, Rhoma Irama dan Susi Pudjiastuti pun sempat diisukan masuk Partai Golkar meski belum ada pernyataan resmi.

Pindahnya mereka ke Partai Golkar tentu bukan hanya hasrat berkuasa semata, ada hal lebih besar mengapa Partai Golkar dipilih. Jawabannya adalah demokrasi. Di Partai Golkar, demokrasi berjalan sangat baik, kebebasan berpendapat dijamin, bahkan kader dengan posisi paling bawah sekalipun akan dihargai jika memiliki gagasan cemerlang atau melakukan kritik kepada elit di DPP Partai Golkar.

Untuk Ridwan Kamil, selamat berselancar di dedaunan, ranting, batang, hingga akar beringin tua. Meski sudah tua, beringin ini semakin rimbun, akarnya semakin kuat, batangnya semakin kokoh menjaga tubuh dari terpaan angin. Banyak yang menantikan bagaimana perjalanan politik Ridwan Kamil ke depan sebagai politisi. Semoga terus memberi manfaat untuk rakyat. Golkar Menang, Rakyat Sejahtera! {golkarpedia}