News  

Mal-Mal di Jakarta Tetap Sepi Meski PPKM Dicabut, Ternyata Ini Penyebabnya

Presiden Joko Widodo telah mencabut Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Indonesia pada akhir tahun 2022. Meski begitu, sejumlah pusat perbelanjaan atau mal di Jakarta terpantau sepi pengunjung.

Berdasarkan pantauan kumparan, Senin (30/1), setidaknya ada dua mal di Indonesia masih sepi pengunjung, yaitu Mal Blok M dan dan Ratu Plaza. Padahal, lokasi dua mal tersebut strategis dan mudah diakses transportasi publik.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey, mengungkapkan bahwa pandemi COVID-19 bukan menjadi faktor utama membuat mal di Jakarta sepi. Turunnya minat konsumen di mal-mal tersebut lantaran konsep yang dipakai manajemen mal sudah tidak lagi memenuhi kebutuhan masyarakat.

Roy menjelaskan, konsep mal dengan kepemilikan satuan atau strata title seperti yang diterapkan Ratu Plaza dan Mal Blok M menjadi penyebab ambruknya mal-mal di Indonesia. Sebab, fungsi utama pusat perbelanjaan sudah tidak lagi hanya sekadar sebagai tempat berbelanja.

Roy mengatakan pusat perbelanjaan harus mampu menambah fungsi lain mal selain sebagai tempat berbelanja. Konsep mal yang diterapkan Ratu Plaza sebagai elektronik mal tidak memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.

Menurutnya, mayoritas konsumen lebih menyukai mengunjungi mal yang menyediakan banyak tenant dengan berbagai kebutuhan.

“Karena Ratu Plaza itu sejak berubah konsep jadi mal elektronik. Jadi pemilihan konsep mal sangat penting. Dia tetap mempertahankan dengan mal elektronik nah sekarang orang cari elektronik enggak ke Ratu Plaza, ke Glodok atau ke Mangga Dua,” kata Roy saat dihubungi kumparan, Senin (30/1).

Roy mengatakan pusat perbelanjaan harus menyediakan tempat ataupun fasilitas untuk pengunjung melakukan interaksi sosial. Roy juga menyebut saat ini kebiasaan masyarakat mengunjungi mal sudah berubah, yang dulunya untuk berbelanja sekarang untuk makan dan minum.

“Konsep berbelanja sekarang di era pasca pandemi bukan hanya leisure tapi juga orang datang ke mal itu buat makan dan minum baru belanja,” ungkap Roy.

Selain konsep strata mal yang diterapkan, ketersediaan tenant yang terbatas juga jadi faktor minimnya pengunjung di mal-mal legendaris. Menurutnya, pusat perbelanjaan legendaris seperti Ratu Plaza dan Blok M harus mengubah konsep menjadi list mal yang menyediakan tenant yang tengah tren di pasaran.

“Ratu plaza orang pasti tahu kalau beli elektronik di sini pasti lebih mahal karena sewanya lebih mahal. Karena konsepnya dari malnya sendiri tidak diubah. Seharusnya mereka memperbaharui konsep di mana memperbanyak makanan dan minuman yang punya kelas, yang cukup tren bukan hanya food court,” kata Roy.

Ia menilai pengelola mal saat ini harus mengubah konsep untuk memenuhi kebutuhan pengunjung. Sebab, seiring berkembangnya zaman dan persaingan pasar yang ketat membuat banyak mal ditinggalkan pengunjung.

“Jadi mestinya mereka peka dengan situasi perubahan zaman, mempelajari customer behaviour, pentingnya mix tenant dan pentingnya FnB (food and beverage). Sekarang mal-mal yang ramai pasti family mal,” ujarnya.(Sumber)