Tekno  

7 PR Besar ChatGPT dan Kecerdasan Buatan Sejenis

Platform yang dibekali dengan kecerdasan buatan seperti ChatGPT dan Bard juga memiliki masalah besar di samping manfaat yang diberikannya.

Berikut daftar tujuh masalah potensial dari hadirnya AI seperti dua platform tersebut.
ChatGPT merupakan platform AI garapan OpenAI yang popularitasnya meningkat sejak akhir tahun lalu.

Pasalnya, AI itu mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan pengguna secara meyakinkan.

Bahkan, ChatGPT bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit seperti dalam tes magister bisnis (MBA) dan ujian dokter USMLE di Amerika Serikat.

Merespons ChatGPT, pekan lalu, Google meluncurkan Bard ke publik. Di saat hampir bersamaan, Microsoft telah mengintegrasikan AI ke dalam mesin pencarian mereka, Bing.

Terlepas dari ramainya penggunaan AI, teknologi tersebut memiliki banyak masalah yang mesti dibenahi. Berikut rinciannya dikutip dari The Verge:

1. Bantuan atau omong kosong?
Chatbot penghasil teks seperti ChatGPT dan Bard dapat membantu pengguna menjawab berbagai pertanyaan. Namun, platform ini juga dapat menghasilkan jawaban yang mengada-ada.

Kesalahan ini berkisar dari menemukan data biografi dan mengarang makalah akademis hingga gagal menjawab pertanyaan dasar seperti “mana yang lebih berat, 10 kilogram besi atau 10 kilogram kapas?”

Ada juga lebih banyak kesalahan kontekstual, seperti memberi tahu pengguna yang mengatakan mereka menderita masalah kesehatan mental untuk bunuh diri, dan kesalahan bias, seperti memperkuat misogini dan rasisme yang ditemukan dalam data pelatihan mereka.

Kesalahan ini bervariasi dalam berbagai ruang lingkup. Banyak kesalahan sederhana akan mudah diperbaiki, tetapi tidak ada jaminan kesalahan tersebut dapat diperbaiki sepenuhnya.

2. Satu jawaban yang benar
Masalah lain yang mungkin hadir dari platform dengan kecerdasan buatan adalah munculnya “satu jawaban yang benar” atas pertanyaan yang dilontarkan pengguna.

Masalah semacam ini sudah muncul di Google sejak kehadiran “snippets” lebih dari satu dekade lalu. Snippets adalah kolom teratas yang memunculkan jawaban atas pencarian pengguna.

Peneliti Chirag Shah dan Emily M. Bender dalam sebuah makalah dengan topik “Situating Search” menyebut pengenalan antarmuka chatbot berpotensi memperburuk masalah semacam ini. Tidak hanya chatbot cenderung menawarkan jawaban tunggal, tetapi otoritas mereka juga ditingkatkan oleh kemampuan AI yang membuat jawaban mereka disusun dari berbagai sumber dan seringkali tanpa atribusi yang tepat.

3. Pembobol AI
Masalah lain yang mungkin terjadi adalah kehadiran pihak-pihak yang berupaya membobol atau melakukan jailbreak pada AI.

Jailbreak AI chatbots dapat dilakukan dengan berbagai metode. Misalnya, kita dapat meminta AI untuk bermain peran sebagai “AI jahat,” atau berpura-pura menjadi seorang insinyur yang memeriksa perlindungan mereka dengan melepaskan mereka untuk sementara.

Salah satu metode yang dikembangkan oleh sekelompok pengguna Reddit untuk ChatGPT melibatkan permainan peran yang rumit di mana pengguna memberikan bot sejumlah token dan mengatakan bahwa, jika bot kehabisan token, maka bot tidak akan ada lagi.

4. Perang budaya AI
Peristiwa yang disebut “perang budaya AI” telah tampak setelah peluncuran ChatGPT. Sejumlah pihak menuding chatbot diskriminatif karena menolak untuk menanggapi permintaan tertentu.

Misalnya, di India, OpenAI dituduh berprasangka anti-Hindu karena ChatGPT menceritakan lelucon tentang Krishna tetapi tidak tentang Muhammad atau Yesus.

Masalah semacam ini dapat membuat pemerintah menyerang perusahaan teknologi jika mereka tidak melakukan sensor yang sifatnya domestik.

5. Bakar uang
Operasional AI membutuhkan mesin yang canggih yang tentu saja meningkatkan biaya. Pertama, AI membutuhkan biaya untuk melatih modelny, yang mungkin mencapai ratusan ribu hingga jutaan dollar. Kemudian, AI juga membutuhkan biaya untuk produksi respons.

OpenAI menagih pengembang 2 sen atau Rp15 untuk menghasilkan sekitar 750 kata menggunakan model bahasanya yang paling canggih. Pada Desember lalu, CEO OpenAI Sam Altman mengatakan biaya untuk menggunakan ChatGPT “mungkin satu digit sen per obrolan.”

6. Aturan
Kehadiran teknologi baru akan memerlukan aturan untuk menjaga teknologi agar tidak disalahgunakan. Namun, membuat aturan untuk sebuah teknologi baru tentu tidak mudah, karena masih banyak celah yang mungkin belum terlihat.

Salah satu masalah yang mungkin muncul adalah apakah pengambilan informasi dari outlet berita oleh AI akan dikenakan biaya.

7. Akhir hayat situs
Masalah terakhir yang mungkin muncul adalah dampak dari kehadiran AI pada websites secara luar. Secara sederhana, mesin pencarian AI yang mengumpulkan informasi dari websites akan “mencuri” traffic websites tersebut.

Hal ini tentu berdampak pada penghasilan websites yang sangat bergantung pada traffic.

(Sumber)