News  

Garuda Indonesia Rugi Bersih Rp.1,15 Triliun di Semester I Tahun 2023

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) membukukan rugi bersih senilai USD 76,5 juta atau setara Rp 1,15 triliun (asumsi kurs Rp 15.112 per dolar AS) di semester I 2023.

Perolehan rugi ini berbalik dari laba bersih senilai USD 3,76 miliar atau setara Rp 56,84 triliun pada semester I 2022.

Rugi bersih ini disebabkan rugi sebelum pajak senilai USD 109,56 juta atau setara Rp 1,65 triliun. Jika dilihat lebih rinci, pos tersebut karena adanya kerugian bersih selisih kurs senilai USD 22,47 juta atau setara Rp 339,68 miliar, berbalik dari keuntungan bersih selisih kurs senilai USD 79,97 juta atau setara Rp 1,2 triliun.

Tak hanya itu, beban keuangan Garuda Indonesia juga naik signifikan dari USD 209,87 juta di semester I 2022 menjadi USD 222,77 juta di semester I 2023.

Meski demikian, emiten maskapai penerbangan BUMN ini membukukan kenaikan pendapatan usaha sebesar 58,96 persen menjadi USD 1,39 miliar atau setara Rp 21,1 triliun. Kenaikan pendapatan GIAA terjadi di seluruh bisnis.

Seperti di pos penerbangan berjadwal naik menjadi USD 1,1 miliar, pos lainnya naik menjadi USD 151,37 juta, dan penerbangan tidak berjadwal naik menjadi USD 142,45 juta. Berdasarkan geografis, pendapatan domestik dari Jakarta menyumbang pendapatan terbesar senilai USD 1,07 miliar.

Lalu, pendapatan domestik dari Surabaya tercatat senilai USD 111,22 juta, Makassar senilai USD 72,51 juta dan Medan senilai USD 43,21 juta. Sedangkan untuk internasional, pendapatan dari Tokyo menduduki posisi tertinggi senilai USD 38,31 juta.

Kemudian, pendapatan segmen dari Amsterdam tercatat senilai USD 15,3 juta, Singapura senilai USD 14,16 juta, Sydney senilai USD 13,56 juta, dan Shanghai senilai USD 11,2 juta.

Adapun beban usaha Garuda Indonesia senilai USD 1,26 miliar di semester I 2023. Perolehan ini naik 4,06 persen dari USD 1,21 miliar di semester I 2022.(Sumber)