News  

DN Aidit Permalukan Soekarno di Depan Umum: Negara Salah Urus Karena Pemimpin Punya 5 Istri

Terungkap ternyata gembong Partai Komunis Indonesia (PKI) DN Aidit pernah mempermalukan mantan Presiden Soekarno di hadapan ribuan orang.

Momen tersebut terjadi ketika Soekarno menghadiri Kongres II CGMI di Istora Senayan pada 28 September 1965 atau sebelum peristiwa G30S PKI terjadi.

Dikutip dari Youtube Intel Melayu, peristiwa itu bermula ketika Organisasi mahasiswa Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) underbouw PKI pernah meminta kepada Soekarno untuk membubarkan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Sebelum Kongres II, CGMI kerap melakukan aksi demonstrasi meminta pembubaran HMI karena perbedaan pandangan politik.

Bahkan, ketika Soekarno hadir di Kongres II CGMI tersebut, ribuan anggota CGMI kompak berteriak semangat.

“Bubarkan HMI! HMI antek nekolim,” teriak massa, seperti dikutip Hops.ID pada Sabtu, 30 September 2023.

Namun saat itu, Wakil Perdana Menteri II Johannes Leimena dan Presiden Soekarno yang berpidato saat itu tegas menolak permintaan CGMI. Pemerintah tak akan membubarkan HMI.

Kemudiam DN Aidit yang merupakan Ketua Central Comite Partai Komunis Indonesia (CC PKI) naik ke mimbar dan berpidato. Pidato Aidit itu pun langsung diiringi teriakan dukungan massa.

“Kalau CGMI tak bisa membubarkan HMI lebih baik kalian memakai kain seperti perempuan,” kata Aidit tegas.

Bahkan yang mengejutkan, di hadapan Soekarno, Aidit pun menyebut bahwa Indonesia saat itu tidak maju dan makmur karena pemimpinnya yang mempunyai istri banyak.

“Indonesia belum mencapai kemajuan dan kemakmuran. Negara ini memang tidak akan bisa maju kalau diurus oleh pemimpin yang mempunyai empat atau malahan lima orang istri,” teriak Aidit.

Dan semua orang yang hadir di situ pun tahu siapa yang disindir oleh DN Aidit. Ya sindirian itu ditujukan ke Presiden Soekarno yang saat itu telah mempunyai lima istri, Fatmawati, Hartini, Ratna Dewi, Haryati dan Yurike.

Saat itu, tidak ada yang berani melihat wajah sang proklamator. Namun tanpa berkata sedikitpun, Soekarno dengan tenang meninggalkan acara tersebut.

Bukan hanya itu saja Aidit melancarkan serangan pada Soekarno, ia pernah menyatakan bahwa rakyat Indonesia sudah bersatu dan sosialisme sudah terwujud, maka Pancasila tak dibutuhkan lagi.

Saat itu seluruh rakyat Indonesia mengetahui bahwa Soekarno yang merumuskan Pancasila. Kritik Aidit dijawab Soekarno dengan menetapkan 1 Juni sebagai hari Kelahiran Pancasila.**(Sumber)