News  

Pengalaman Tantowi Yahya Berdoa di Raudhoh Bikin Merinding!

Juru Bicara DPP Partai Golkar, Tantowi Yahya mengaku memiliki kisah spiritual yang tak pernah ia bagikan kepada publik. Kisah spiritual ini didapatkan oleh Tantowi Yahya sewaktu ia menjalankan ibadah Umroh pada tahun 2013 silam. Kisah ini diceritakan oleh Tantowi Yahya melalui tayangan youtube, Merry Riana.

Saat itu di tahun 2013 sewaktu menjalankan ibadah Umroh, Tantowi Yahya berada di Madinah, tepatnya di Raudhah, Masjid Nabawi. Raudhah merupakan tempat kecil antara makam Rasulullah Muhammad SAW dengan podium biasa beliau suka berkhutbah. Space itu kemudian dinamakan Taman Raudhah, artinya taman yang indah.

“Taman ini hingga sekarang diperebutkan orang, ratusan ribu orang mengantri masuk ke tempat ini. Karena itu tempat paling mustajab untuk berdoa. Bayangkan bagaimana panjangnya antrian. Saya ikut antrian ini. Sampai saya ke depan pagar Raudhah, terus saya mau melangkah masuk, saya urungkan niat saya. Saya batalkan dan saya balik ke belakang,” tutur Tantowi Yahya dikutip redaksi Golkarpedia dari Youtube Merry Riana.

Alasan Tantowi hendak mengurungkan niatnya karena ia ragu dan tidak tahu harus membaca doa apa di tempat tersebut. Apalagi antrian orang-orang yang hendak memasuki Raudhah begitu panjang. Namun, Tantowi tetap masuk ke Raudhah karena melihat ada tempat kosong. “Bayangkan di antara antrian ribuan orang, ada tempat kosong. Aneh kan?” ujar Tantowi.

Kisah keajaiban spiritual yang didapati Tantowi Yahya kemudian dimulai. Ketika ia duduk, rasa ragu masih terus menggelayuti benaknya. Apalagi melihat antrian orang-orang yang masih begitu panjang. Ia hendak keluar lagi, beranjak dari tempat kosong yang telah didudukinya tersebut.

“Begitu saya sedang bingung antara mau keluar atau tetap di situ, ada tangan yang memegang tangan kanan saya. Ganteng, orang Arab, harum, tapi berbahasa Palembang,” dijelaskan pria kelahiran Indralaya, Sumatera Selatan ini.

“Nak kamano, Pak Tantowi?” tanya orang Arab tersebut pada Tantowi dengan masih memegang tangan kanannya.

Tantowi lantas keheranan, orang Arab ini ternyata bisa berbahasa Palembang. “Loh, orang Palembang?”

“Iyo, aku orang Palembang. Nak kamano? Sudah duduk sini.”

“Aku pingin keluar,” sergah Tantowi.

“Kenapo?”

“Aku nggak tahu harus baca apa di sini. Aku nggak siap, lebih bagus orang-orang itu saja yang masuk sini,” ungkap Tantowi merujuk antrian orang-orang yang hendak masuk ke dalam Raudhah di dalam ceritanya.

Tanpa berkata apapun, orang itu kemudian mengeluarkan sebuah buku dari sakunya. Tantowi masih mengingat betul bentuk dan warna silver sampul buku tersebut. Judul bukunya, doa-doa di Taman Raudhah.

“You know what? Semua doa itu dalam bahasa Indonesia. Jadi bayangkan, ada orang yang kasih saya buku doa di Raudhah dalam bahasa Indonesia. Selesai itu saya mau kasih ke dia, tapi dia minta saya ambil bukunya,” sebut eks Duta Besar RI untuk Selandia Baru ini.

Merasa terbantu, Tantowi mencoba mengakrabkan diri dengan menanyakan tempat tinggal orang tersebut. “Di Palembang di mana?”

“Itu ada di situ alamatnya,” orang itu menunjuk buku yang masih dipegang erat Tantowi.

Lanjut Tantowi, ia menerima buku tersebut sebagai sebuah pemberian dari orang itu. Setelahnya, selama di Arab buku itu ada. Tantowi pun telah mengingat alamat si pemberi. Namun keanehan terjadi setelah ia pulang ke Jakarta. Buku itu menghilang.

“Jadi dia ada di satu pesantren di satu jalan di Palembang. Selama saya di Arab sana buku itu ada dan saya ingat alamatnya. Begitu saya pulang ke Jakarta, buku itu tidak ada. Dan saya meminta kakak saya di Palembang untuk mengecek ke alamat tersebut karena saya mau mengucapkan terima kasih pada sang ustadz,” dijelaskan Tantowi.

Anehnya setelah sang kakak mengecek alamat yang dimaksud Tantowi, tidak ada pesantren di sana. Yang ada hanyalah sebuah toko kelontong. Warga sekitar pun tidak pernah mengetahui jika ada pesantren di tempat itu.

“Setelah kakak saya ke alamat yang dimaksud, tidak ada pesantren di tempat itu. Di situ hanya ada sebuah toko. Alamatnya benar, nomornya benar, tapi di situ bukan pesantren. Masya Allah, siapa orang itu. Itulah kebesaran Tuhan, dia kirim malaikat. Jadi dalam hidup saya itu saya pernah ketemu malaikat yang sosoknya itu adalah seorang pengurus pesantren dari Palembang,” pungkas Tantowi. {golkarpedia}