Pengamat LIPI: Airlangga Minim Terobosan Dalam Pimpin Golkar

Peneliti utama politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI) Lili Romli meyakini, Calon Ketua Umum Partai Golkar pada akhirnya akan mengerucut kepada dua nama yakni Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo (Bamsoet). Ia menyebut keduanya sama-sama memilki basis dukungan dari pemilik suara Golkar.

Kendati begitu, Lili mengatakan, jika membandingkan keduanya, Bamsoet lebih unggul dari sisi personalia kerena dianggap teruji memimpin DPR. Sedangkan Airlangga dinilai gagal dalam memimpin Golkar karena tak sedikit kritik dan penilaian negatif datang dari sesama kader partai.

“Bambang sudah membuktikan ketika kepemimpinan di DPR ini mampu ternyata. Dia dari bawah karirnya, dari media massa, pengusaha, aktivis, terus masuk politik, kemudian puncak sekarang ketua DPR dan ketua DPR banyak terobosan. Penilaian DPR positif tadinya terpuruk. Peluang dia menjadi saingan berat Airlangga,” kata Lili di Jakarta, Senin (22/7/2019).

Lili menilai, kepemimpinan Airlangga terlihat lemah ketika mengelola Golkar dengan menurunnya suara partai dan berkurangnya kursi di DPR. Bahkan, Airlangga juga terlihat tidak menunjukkan kinerjanya sebagai menteri perindustrian.

Menurutnya, penurunan suara Golkar dan berkurangnya kursi di parlemen berbanding terbalik dengan Nasdem yang notabene pecahan partai berlambang beringin itu. Nasdem secara suara dan perolehan kursi di parlemen naik signifikan dibanding Pemilu 2014.

“Memang terlalu low profile Pak Airlangga ini, memimpin partai enggak bisa. Sebagai partai besar kan harus menunjukkan juga hasil kepemimpinan yang menunjukkan partai besar. Dia kan low profile saya lihat. Itu bisa jadi kemudian faktor-faktor titik lemah dia,” jelas dia.

Selain itu, Lili melihat Airlangga tidak banyak tampil dan melahirkan terobosan selama memimpin Golkar. Airlangga selama dua tahun memimpin Golkar, katanya, terlihat datar dan bahkan tak mampu mengonsolidasikan kekuatan partai.

“Memang yang tepat memang dicari tokoh bisa mempersatukan. Sekarang tantangan untuk kepemimpinan Golkar itu dua. Pertama, mengembalikan kepercayaan kepada Golkar yang terpuruk dirundung konflik terus pecah. Sekarang turun suaranya gimana gitu bisa lanjut. Kedua bisa mempersatukan di antara faksi yang ada. Silakan peserta (caketum) itu bersaing,” pungkasnya. [sindonews]