Banyak orang yang berusaha bangun tengah malam untuk tahajud. Mungkin sebagian besar dari mereka berniat untuk mewujudkan keinginannya. Betul, namanya Tahajjud. Salah satu upaya untuk diperkenankan hajad?
Banyak juga umat Islam yang berpuasa Senin dan Kamis mengikuti sunnah Nabi SAW. Mungkin beberapa di antaranya mengartikan bahwa setiap keinginan akan cepat terkabul.
Selain itu, banyak yang mengulang umrah dan mengunjungi tanah suci Mekkah. Ketika survei dilakukan, mungkin sebagian dari mereka mempunyai niat untuk menambah hartanya dan tak lama kemudian doanya akan terkabul sesuai keinginannya.
Di sebagian yang lain, mereka belum rajin shalat malam, tidak juga merutinkan puasa Senen-Kamis. Mereka juga berpendapat bahwa berhaji kan hanya wajib satu kali ke Makkah? Kalau dihitung rakaat shalatnya, di dalam setiap harinya, mereka termasuk yang pas-pas san. Hanya cukup shalat wajib yang 17 rakaat itu. Dluhur, ashar, isya masing-masing empat rakaat. Maghrib tiga rakaat, dan shubuh dua rakaat. Cukup!
Beberapa di antara mereka belum memiliki pekerjaan sehari-hari yang pasti. Seperti menjadi pegawai negeri, pegawai swasta, atau usaha yang jelas. Tidak. Bisa jadi mereka tergolong kepada kelompok pengangguran. Atau pekerja serabutan.
Tetapi tunggu dulu. Apakah dengan begitu lalu mereka hidupnya di bawah ambang batas normal. Maksudnya menderita. Oh tidak, bahkan kehidupan ekonominya bisa terbilang cukup, sebagian lebih dari rata-rata.
Lalu apa sebenarnya yang mereka lakukan? Mereka senantiasa menyiapkan diri untuk membantu orang lain yang memerlukan. Mereka sangat senang membantu orang lain dan tanpa mengharapkan balasan. Pekertinya santun, tidak sombong. Tidak mau membicarakan keburukan orang lain. Di kala orang lain mengajaknya berbicara aib orang, sambil tersenyum dirinya dengan sopan mengalihkan pembicaraan kepada topik yang berbeda. Berupaya kuat untuk menghindari ghibah.
Karena membicarakan keburukan orang lain sedangkan orang yang dibicarakan tidak mengetahuinya itulah ghibah. Itu termasuk dosa besar yang membuat pahala amal shaleh terhapus, menjadikan pintu rizki tertutup, membuat hidup menjadi suram, gelisah, uring-uringan. Ghibah mengantar seseorang menjadi bertambah sombong karena dia mengira dirinya lebih baik dari yang di-ghibah.
Bukannya tidak mungkin orang akan meng-ghibah orang lain jika dirinya tidak merasa lebih baik? Bukankah merasa lebih baik dari orang lain itulah sombong betulan? Sedangkan sikap sombong berarti mengajak saingan kepada Tuhan. Bagaimana orang seperti itu memperoleh kemudahan pertolongan Tuhan.
Orang yang belum rajin shalat malam tadi, tidak juga rajin puasa Senin-Kamis, dan menganggap berhaji hanya wajib sekali seumur hidup rupanya punya prinsip kuat dalam hidupnya. Apa itu?
Dia pantang menyakiti orang lain, misalnya dengan ber-ghibah. Mengapa? Karena menurutnya ber-ghibah sangat menyakiti orang yang di-ghibah. Bukankah menyakiti orang lain berarti menyakiti diri sendiri? Itu pertanyaan yang dimajukannya sementara dia bukan bermaksud mengajari.
Selanjutnya, dirinya menyiapkan diri, senang membantu orang lain siapa pun, dengan senang hati. Dengan tulus. Baik yang dibantu dari kalangan berada atau yang kurang mampu. Sama saja. Karena menurutnya membantu adalah menebar kebaikan. Sedangkan kebaikan itu pasti kembali, pasti. Tidak tahu dari mana dan bagaimana caranya. Yang penting pasti kembali kepada pemilik kebaikan itu, kapan dan di mana pun. Terutama pada saat-saat dia membutuhkannya.
Ketika ditanya kebaikan apa yang paling didahulukannya. Ia menjawab bakti kepada orang tua. Baik di kala hidup sampai pun sudah wafat. Menziarahi kuburnya, mengamalkan apa yang menjadi wasiatnya. Melanjutkan amalan shaleh yang disenangi orang tuanya. Terus melanjutkan amalan yang memang dianjurkan orang tuanya untuk dilakukan.
Tampak kehidupan dunianya nyaman. Keadaan ekonomi mereka di atas rata-rata. Fisiknya jarang sakit, bahkan tampilannya awet muda. Berbeda tajam dengan tetangga di sebelah rumahnya yang sudah keriput dan wajah benar-benar di usia kakek-kakek renta. Padahal selisih usiaya hanya terpaut satu tahun. Dia yang seolah tidak berubah tampilannya sejak belasan tahun silam. Sedangkan tetangga sebelah rumah berwajah keriput dan tampak renta.
Maklum, walau tetangga sebelah rumah rajin tahajjud, rajin baca alQuran, tapi emosinya sulit dikendalikan.
Sedangkan tetangga yang belum rajin tadi, bicara dan sikapnya santun, menghindari menyakiti orang lain, rajin membantu dengan senang dan tulus. Wajahnya senantiasa bertaut senyum. Dia mengutamakan berbakti, berbuat baik kepada orang tua daripada selainnya. Bakti kepada orang tua di kala mereka masih hidup bahkan sampai di wafatnya.
Sekelumit pemandangan di dunia nyata. Tentang dua orang yang melalui jalan yang belum persis sama. Satu ahli ibadah yang belum berakhlak mulia. Satu lagi akhlaknya sungguh mulia walau ibadahya pas-pas san.
Dan ternyata yang berakhlak sempurna menikmati kehidupan dunia ini dengan tenang, nyaman, awet muda, jarang sakit dan kehidupan ekonomi yang di atas rata-rata, maksudnya kaya.
Lalu siapakah kita-kita ini? Termasuk yang rajin beribadah tapi berakhlak kurang mulia. Atau sudah berakhlak mulia walau ibadahnya hanya cukup bersahaja. Ibarat ibadah banyak tapi belum berakhlak mulia seperti menghias kulit lupa isi. Sedangkan yang akhlaknya mulia walau ibadahnya bersahaja seperti memilih isi walau kulit sepertinya biasa saja.
Memang apa pun ibadah yang dilakukan, bukankah satu tujuan utamanya adalah demi mencapai akhlak mulia?
Jadi, orang yang telah menggapai akhlak mulia sebenarnya dia telah menggapai tujuan beragama. Dia telah memperoleh hasil sempurna dari ibadahnya. Ibadah sederhana saja pada orang itu akhlaknya sudah mulia apalagi ibadahnya lebih sempurna?
Sedangkan tipe yang satunya, ibadahnya yang luar biasa itu saja belum mampu mengoreksi akhlaknya ke peringkat mulia apalagi malas beribadah. Bukankah malah bahaya?
Untuk itu, hayo kita niatkan setiap amal ibadah kita untuk menggapai sempurnanya akhlak mulia. Santun dalam bersikap, mendahulukan bakti kepada orang tua, pantang menyakiti siapa pun dan siap menolong siapa pun dengan pertolongan terbaik dalam suasana senang dan rela. Serta ikhlas karenaNya semata. Pasti dunia ini serasa surga.
Semoga setiap kita mau dan bisa!