News  

Virus HMPV Merebak di China, Bakal Lebih Berbahaya dari COVID-19?

Wabah virus Human Metapneumovirus alias HMPV dikabarkan tengah merebak di China dan menjadi perhatian internasional belakangan ini.

Meski virus ini tidak baru ditemukan, lonjakan kasus yang terjadi di China membuat banyak pihak bertanya-tanya apakah HMPV berisiko mengancam kesehatan global seperti COVID-19?

Pengamat Kesehatan, Dokter Muhammad Fajri mengatakan virus HMPV ini adalah penyakit yang umum dan biasa saja. Virus ini menginfeksi sekitar 10 persen dari populasi dengan gejala seperti flu biasa.

“Mungkin prevalensi flu biasa sedang tinggi di China sehingga melonjak cukup tinggi. Gejalanya mirip dengan flu biasa, seperti batuk, pilek, bersin, hidung mampet, dan mata merah,” kata Fajri kepada Inilah.com, Jakarta, Sabtu (4/1/2025).

Fajri menjelaskan, masa inkubasinya virus ini antara tiga hingga enam hari. Namun, secara umum, gejalanya tidak berat hanya seperti flu biasa.

Masih menurutnya, pada kelompok tertentu mungkin bisa mengalami gejala lebih berat. Contohnya, seperti anak-anak di bawah lima tahun yang imunitasnya belum berkembang dengan baik. Kemudian, lansia di atas 65 tahun, atau orang dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti HIV, pasien kemoterapi, atau penderita penyakit autoimun.

“Pada kelompok ini, gejalanya bisa lebih parah,” tutur Fajri.

Lebih lanjut, Fajri menegaskan penularan virus HMPV berbeda dengan COVID-19. Sebab, perpindahan virus HMPV terjadi melalui droplet, bukan airborne.

Jika COVID-19 atau TBC dapat menular melalui udara (airborne), HMPV menular melalui droplet, yakni cairan yang dikeluarkan saat batuk atau bersin.

“Jadi kalau di tempat umum, hati-hati, cuci tangannya. Di bus, di kereta gitu, di taksi online. Ya, itu ada tempatnya kita boleh cuci tangan sih. Boleh di saat itu atau setelah itu gitu. Jangan pegang hidung. Termasuk gadgetnya juga harus dijaga kebersihannya,” papar Fajri.

WHO Belum Anggap HMPV Kasus Berat
Walau dikatakan kasusnya cukup melonjak di China, Fajri bilang, saat ini baik World Health Organization (WHO) maupun Centers for Disease Control and Prevention (CDC) belum menganggap virus HMPV sebagai masalah besar.

“Memang sepertinya potensi virus ini bukan seperti COVID-19, karena sudah banyak varian yang dikenal, termasuk genus dengan virus RSV (Respiratory Syncytial Virus),” katanya.

Virus RSV dapat menyebabkan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), baik yang menyerang saluran pernapasan atas maupun bawah.

Jika hanya menyerang saluran pernapasan atas, dampaknya biasanya tidak terlalu berat. Namun, jika menyerang saluran pernapasan bawah, bisa menyebabkan pneumonia.

“Jadi sekarang solusinya adalah bagi masyarakat ya harus jaga kebersihan. Tingkatin lagi kebersihannya. Terutama lagi kerumunan,” katanya.

Selain itu, Fajri juga mendorong agar otoritas terkait di Indonesia juga memiliki upaya untuk memonitoring secara aktif. Walaupun sudah berpengalaman dari COVID-19, namun semua virus sejatinya masih berpotensi menyebabkan outbreak di Indonesia.

“Sehingga kita bisa mitigasi dengan cepat. Mitigasinya apa? Ya seperti COVID-19 ya, jadi disolasi secara cepat, dilihat, dibuat protokol yang jelas,” pungkasnya.(Sumber)