Ada yang unik dari tradisi mudik menjelang Lebaran yang diperingati oleh para warga di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat yakni sapu koin.
Sapu koin ternyata telah menjadi tradisi yang turun temurun, tetapi baru-baru ini kembali viral usai menuai sensasi karena punya keunikan tersendiri.
Tradisi sapu koin juga memiliki sejarah yang melatarbelakangi pelaksanaannya dari tahun ke tahun.
Viralnya tradisi sapu koin berkat konten-konten yang berseliweran di TikTok baru-baru ini. Adapun muncul sebuah konten yang menampilkan beberapa warga Indramayu berjejer di jalanan Jalur Pantura membawa sapu untuk mencari koin yang berserakan.
Konten tersebut menjadi sensasi lantaran menyertakan sedikit teka-teki agar audiens yang menonton bisa menebak di mana fenomena tersebut terjadi.
“Kalau ada penyapu koin, udah ada di mana ges?,” tulis keterangan di dalam video.
Warganet yang menonton video langsung paham bahwa fenomena sapu koin tersebut adalah pemandangan yang biasa di Indramayu.
Sayangnya, tak sedikit warganet yang miris dengan tradisi tersebut.
“Gue orang Indramayunya aja malu,” tulis seorang warganet.
“Malu ih Indramayu,” timpal warganet lain dengan komentar senada.
Beberapa di antara warganet menilai bahwa tradisi tersebut menimbulkan banyak kerugian, terutama terkait dengan keselamatan pengendara.
“Maaf om tradisi yang nyusahin pas taun baru sempet oleng gara-gara sapunya tiba-tiba ke tengah,” papar warganet lain yang mengaku dari Indramayu.
Terlepas dari berbagai kontroversi dan sensasi yang ditimbulkan, tradisi sapu koin di Indramayu memiliki sejarah yang mendalam.
Berikut fakta tradisi sapu koin di Indramayu.
Para penyapu memilih lokasi tertentu
Para penyapu koin yang berkumpul di bahu jalan tak sembarang memilih lokasi tertentu. Mereka memilih lokasi Jembatan Sewo, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu, Jalur Pantura, Jawa Barat.
Lokasi tersebut dipilih karena punya mitos dan sejarah yang menyelingkupi salah satu bagian Jalur Pantura itu.
Koin dilemparkan oleh pengendara
Koin tersebut dilemparkan oleh para pengendara yang melalui jalur Jembatan Sewo. Usut punya usut, ada kepercayaan masyarakat lokal yang meyakini bahwa siapa yang melemparkan koin di sepanjang jalan tersebut akan memperoleh keberuntungan.
Warga sekitar percaya bahwa jika koin jatuh ke jembatan dan disapu oleh arus aliran sungai, maka akan ada keberuntungan menanti.
Memakai sapu dan peralatan khusus
Tradisi menyapu koin tersebut tak sembarang dilakukan lantaran memerlukan sapu khusus. Warga lokal umumnya menyediakan sapu yang bisa dibeli seharga Rp10 ribu tiap buahnya.
Selain sapu, ada beberapa alat seperti ember untuk mengumpulkan koin-koin yang berhasil disapu.
Bisa raup untung hingga setengah juta
Semakin mendekati waktu mudik, maka pengendara yang melewati jalur tersebut dan melempar koin semakin banyak.
Banyaknya pengendara yang lewat menjadi sumber berkat bagi para penyapu koin. Seorang penyapu koin bisa memperoleh keuntungan hingga Rp500 ribu perharinya.
Dilatarbelakangi oleh mitos rakyat
Ada satu mitos rakyat yang membuat para pengendara meyakini bahwa koin yang mereka lempar akan mendatangkan keberuntungan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM), tradisi sapu koin muncul karena adanya cerita tentang Saedah dan Saeni.
Saedah dan Saeni adalah dua figur yang ditakuti oleh masyarakat sekitar. Mereka adalah sepasang pengemis kakak beradik yang menjelma sebagai buaya dan berkeliaran di perairan Jembatan Sewo.
Bisa membahayakan
Tradisi sapu koin menjadi berkat bagi beberapa, tetapi menjadi sumber bahaya bagi orang lain. Penyapu koin yang berkumpul di bahu jalan kadang menjadi penghalang bagi pengendara yang tak jarang terkena sapu.
Kapolres Indramayu, AKBP Ari Setyawan Wibowo dalam keterangannya yang dikutip Jumat (28/3/2025) menjelaskan tradisi ini kerap membahayakan pengendara dan polisi harus turun tangan untuk melakukan penertiban.
Pemerintah sempat ingin stop
Senada dengan Ari, Kapolsek Sukra, IPDA Nanang Dasuki juga menegaskan sapu koin membahayakan pengguna jalan.
Nanang kepada wartawan, Senin (24/3/2025) mengungkap bahwa pihaknya dan pemerintah telah memberikan santunan ke penyapu koin agar berhenti melakukan tradisi itu.