Santap kuliner di hari Lebaran memang menjadi salah satu tradisi yang tak terhindarkan.
Setelah sebulan penuh menahan lapar dan dahaga, banyak orang cenderung kalap menikmati berbagai hidangan yang telah dinantikan sebelumnya.
Suasana hangat berkumpul bersama keluarga pun semakin menambah kenikmatan makanan yang tersaji di meja.
Namun, ahli gizi Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Aulia Putri Srie Wardani, mengingatkan pentingnya menjaga pola makan agar tetap sehat.
Ia memperingatkan agar tidak melakukan “makan balas dendam” yang berlebihan, karena dapat membahayakan kesehatan, terutama bagi penderita penyakit tertentu.
Lulusan University of Szeged, Hungaria itu menekankan perlunya mengontrol konsumsi beberapa jenis makanan yang banyak dijumpai saat Lebaran.
Sebab, jika tidak waspada, berbagai risiko kesehatan seperti gangguan pencernaan, diabetes, hipertensi, hingga stroke bisa mengintai.
Berikut beberapa makanan yang perlu diwaspadai:
1. Makanan Berlemak Tinggi
Hidangan seperti opor, gulai, kari, dan sambal goreng memiliki kandungan lemak yang tinggi. Sebaiknya makanan ini tidak dikonsumsi secara berlebihan karena dapat meningkatkan kadar kolesterol, terutama bagi penderita kolesterol tinggi.
2. Makanan dan Minuman Tinggi Gula
Selain makanan berat, jajanan Lebaran seperti kue kering (nastar, putri salju, kastengel) serta minuman manis juga mengandung kadar gula tinggi. Konsumsi gula berlebih dapat meningkatkan risiko diabetes dan obesitas.
“Kue kering seperti nastar, putri salju, dan kastengel cenderung menggunakan mentega serta margarin yang tinggi lemak trans, yang tentunya berbahaya bagi kesehatan,” jelas Aulia.
3. Makanan atau Camilan Tinggi Garam
Acar kuning, kacang asin, kerupuk, hingga mi instan adalah contoh makanan yang tinggi garam dan sering disajikan saat Lebaran.
Rekomendasi Asupan Seimbang
“Kebutuhan nutrisi setiap orang berbeda, begitu pula pantangan makanan atau minuman yang harus diperhatikan sesuai kondisi tubuh masing-masing. Karena itu, pola makan sebaiknya disesuaikan dengan riwayat kesehatan individu,” tutupnya.(Sumber)