Pemerintah Indonesia menegaskan komitmennya untuk memperkuat hubungan bilateral dengan Turki melalui sejumlah kesepakatan strategis dan kerja sama multilateral. Hal ini sejalan dengan kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Turki.
Juru Bicara Kantor Komunikasi Presiden Republik Indonesia Philips Vermonte mengatakan, kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke Turki merupakan tindak lanjut atas undangan Presiden Recep Tayyip Erdoğan, sekaligus menjadi momentum penting untuk membuka babak baru dalam hubungan kedua negara.
“Kunjungan ini mencerminkan keseriusan kedua negara dalam memperkuat kemitraan strategis yang berlandaskan kepercayaan, saling menghormati, dan kepentingan bersama,” ujar Philips dalam keterangannya dikutip Kamis, Rabu (9/4/2025).
Menurut Philips, pada pertemuan bilateral tersebut, Indonesia dan Turki menandatangani 13 nota kesepahaman di berbagai bidang, mulai dari energi, industri, pendidikan, hingga keagamaan.
Philips menyebut kerja sama ini sebagai langkah konkret yang memperluas cakupan hubungan bilateral menjadi lebih komprehensif dan inklusif.
Selain itu, Presiden Prabowo dan Presiden Erdoğan juga menunjukkan kedekatan simbolik melalui pertukaran cendera mata bernilai budaya dan historis.
Presiden Prabowo memberikan senapan serbu SS2-V4A2 buatan Indonesia dan sebilah keris Bali bertatahkan batu rubi, sementara Presiden Erdoğan memberikan vas porselen dan kaligrafi berisi puisi sebagai bentuk penghormatan atas hubungan historis antara kedua bangsa.
Philips juga menegaskan bahwa kedua negara memiliki pandangan yang selaras terkait isu global, khususnya konflik Palestina. Ia menyebut bahwa Indonesia tetap konsisten mendukung solusi dua negara dan pembangunan kembali Gaza.
“Meskipun tidak tergabung dalam KTT Arab, Indonesia mendukung penuh Deklarasi Kairo dan aktif menggalang bantuan kemanusiaan untuk Palestina. Pemerintah bersama MUI dan Baznas sedang menggalang dana sebesar US$ 200 juta,” jelasnya.
Dalam aspek ekonomi, kedua negara sepakat untuk meningkatkan volume perdagangan hingga mencapai US$ 10 miliar. Ini merupakan bagian dari upaya memperkuat ketahanan ekonomi kedua negara di tengah ketidakpastian global.
Di sisi lain, Indonesia dan Turki juga meneguhkan kembali komitmen mereka terhadap multilateralisme, yang kini semakin penting di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik antara kekuatan besar dunia.
“Di tengah dunia yang semakin condong pada bilateralisme, Indonesia dan Turki tampil sebagai kekuatan menengah yang konsisten mendorong kerja sama multilateral. Kami memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas dan memperjuangkan keadilan bagi negara berkembang,” kata Philips.
Philips menyebut kunjungan Presiden Prabowo ke Turki tidak hanya mempererat hubungan diplomatik, tetapi juga mengukuhkan posisi Indonesia sebagai mitra strategis Turki di kawasan Asia Tenggara.
“Dengan kesamaan visi dan semangat kerja sama, Indonesia dan Türkiye siap menjadi penggerak perdamaian, keadilan, dan kemajuan bersama di panggung global,” pungkas Philips Vermonte terkait kunjungan Presiden Prabowo ke Turki. (Sumber)