News  

Usai BYD, Pabrik Asal Vietnam Vinfast Juga Jadi Korban Gangguan Premanisme Ormas

Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) menanggapi kabar sejumlah aksi premanisme melalui organisasi kemasyarakatan atau ormas yang kerap mengganggu investasi di Indonesia, terkhusus disektor otomotif. Ketua Umum Periklindo Moeldoko mengatakan, selain fasilitas produksi pabrik mobil berbasis listrik atau electric vehicle (EV) asal China, pabrik EV VinFast asal Vietnam yang berada di Subang, Jawa Barat juga pernah diganggu ormas.

“VinFast juga pernah melaporkan ada gangguan-gangguan, namun saya sudah bantu untuk komunikasikan ke wilayah setempat,” ujar Moeldoko, yang juga mantan Kepala Staf Kepresidenan kepada wartawan, belum lama ini.

Moeldoko manambahkan, masyarakat setempat mestinya turut membantu dalam menciptakan situasi yang kondusif, terlebih para investor tersebut turut membuka peluang lapangan pekerjaan.

Moeldoko menyam;paikan, iklim investasi dalam negeri saat ini perlu dukungan berbagai pihak, seiring dengan keadaan maupun situasi ekonomi saat ini yang tengah lesu.

“Kami imbau supaya di tengah situasi iklim dunia usaha yang relatif perlu perhatian, masyarakat Indonesia bisa ciptakan iklim investasi yang baik. Jangan sampai pengangguran makin banyak,” kata dia.

Sebelumnya, kabar gangguan ormas terhadap pembangunan pabrik BYD diungkapkan Wakil Ketua MPR, Eddy Soeparno beberapa waktu lalu, meski tak menyebut siapa ormas yang dimaksud.

Eddy lantas meminta pemerintah untuk bergerak menindak pelaku tersebut, yang lagi-lagi disebut sebagai bentuk perusakan iklim investasi di Tanah Air.

“Saya sempat mendengar ada premanisme yang mengganggu investasi BYD di Subang, Jawa Barat,” kata dia dalam unggahan di Instagramnya, belum lama ini.

“Harus ditindak tegas, pemerintah perlu tegas untuk menangani permasalahan ini.”

Sementara itu, VinFast telah memulai groundbreaking pembangunan pabrik perakitan EV pertamanya di Indonesia, pada Juli tahun lalu.

Pabrik VinFast berlokasi di kawasan industri yang sedang berkembang itu memakan nilai investasi sebesar US$200 juta (sekitar Rp3,23 triliun) dengan luas mencapai 170 hektare (ha).

Pabrik ini juga akan beroperasi dengan kapasitas produksi tahunan sebanyak 50.000 unit kendaraan dan mencakup beberapa area produksi utama seperti body shop, general assembly shop, paint shop, area pengujian, dan lain-lain.

Rencananya, pabrik ini juga akan memproduksi mobil model VF5 dan VFe34, yang sebelumnya juga telah dipasarkan di Indonesia sejak awal tahun lalu.(Sumber)